Islamic Boarding School atau Pesantren ?

Tahun ini, si sulung menyelesaikan tahapan pendidikannya di sebuah Islamic Boarding School, di kota Subang. Tiga tahun di jenjang SMP dan berlanjut tiga tahun berikutnya di jenjang SMA. Si tengah juga akan berlanjut ke jenjang SMA dan si bungsu InsyaAllah juga mengawali jenjang SMP di tempat yang juga sama dengan kedua kakaknya.

Islamic Boarding School atau Pesantren ?
Sebenarnya kami tidak terlalu memusingkan makna boarding school atau pesantren. Buat kami, keduanya memang memiliki nama yang berbeda, namun sejatinya keduanya haruslah memiliki satu makna yang sama. Ketika sebagian orang menganggap bahwa Islamic Boarding School sangat berbeda dengan pesantren, kami tidaklah  demikian. Kami menganggap, keduanya adalah satu tempat dengan pendekatan pembinaan yang sama. Mereka semua adalah santri, entah apakah mereka menyebut tempat itu sebagai boarding school, bukan pesantren.

Maka sejatinya, dalam sebuah lingkungan pendidikan berbasis boarding atau pesantren, yang akan dijalani anak-anak didalamnya adalah sebuah rangkaian proses menempa diri untuk tumbuh menjadi jiwa-jiwa yang mandiri, tangguh, beradab dan memiliki akhlak mulia, serta berupaya membiasakan diri selalu menghiasi hari-hari mereka dengan panduan kehidupan dasar, yaitu Alquran. Semua itulah yang kemudian akan menjadi pondasi dasar penempaan otak mereka dengan ilmu pengetahuan, dimana akan membuat mereka cerdas dan berwawasan luas.

Islamic boarding school atau pesantren, bukan semata untuk mengasah otak, mengejar nilai-nilai tertinggi dalam raport akademik, mengejar prestasi-prestasi bersertifikat atau mendapat piala dan piagam di kancah nasional bahkan internasional.  Jika semata ini yang dicari, rasanya cukup masukkan saja anak-anak ke sekolah-sekolah umum biasa dan jejali hari-hari mereka dengan les-les tambahan diluar sekolah.

Boarding school atau pesantren seharusnya dimaknai sebagai sebuah kawah candradimuka pembinaan menyeluruh anak-anak kita. Dimulai dari penguatan karakter dengan pondasi adab untuk mewujudkan akhlak mulia berbasis nilai-nilai Alquran yang tidak hanya sekedar akan dibaca, namun juga difahami, dihafal  dan yang paling penting adalah bisa menjadi laku sehari-hari.

Islamic boarding scool atau pesantren juga bukan tempat menitipkan anak-anak, dengan dalih kesibukan orangtua yang membuat mereka kemudian tidak dapat memberikan perhatian khususnya pula terhadap pendidikan anak-anak mereka.

Islamic boarding school atau pesantren, sesungguhnya harus dimaknai sebagai satu tempat dimana kita menjadikannya sebagai ruang tambahan dalam mengasuh, membina dan mendidik jiwa serta akal anak-anak kita. Ruang alternatif yang kita berikan untuk lingkungan mereka berinteraksi interaksi, belajar pola kehidupan dan ragam perniknya dengan langsung mendapat pendampingan dan pembinaan yang berkesinambungan dan terarah.

Hubungan orangtua dengan boarding school atau pesantren adalah sebuah sinergitas yang saling melengkapi, saling mendukung, saling mengingatkan. Karena itu, ketika pilihan kita adalah memasukkan anak-anak ke islamic boarding school atau pesantren, maka kita pun sudah memposisikan diri sebagai partner yang akan selalu bisa mensupport program-program kebaikan yang akan dilaksanakan selama anak-anak kita berada di boarding atau pesantren. Program-program yang tentunya pun sudah kita ketahui dan kita setujui sebelum kita memutuskan untuk bergandengan tangan, bersinergi untuk memberikan pengasuhan dan pendiidkan kepada anak-anak kita.

Tentu, tidak ada manusia atau komunitas yang berjalan tanpa keliru. Maka, akan ada masa dimana masing-masing kita, entah orangtua ataupun boarding atau pesantren yang harus diingatkan atau mengingatkan terkait komitmen sinergitas ini, bahkan terkait kesesuaian-kesesuaian tata adab,nilai-nilai dan peraturan yang diterapkan dalam pembinaan anak-anak. 

Pada fase ini, tentu tidak boleh ada yang meninggikan ego atau meninggikan posisi masing-masing, bahkan mungkin saling mengungkit jasa atau hal-hal lain yang dianggap bernilai dan sudah  diberikan selama terjalin sinergitas dalam mendidik anak-anak ini.

Semua harus kembali membuka lembar-lembar komitmen pondasi pembinaan yang telah disepakati. Jangan sampai masing-masing pihak saling menyelisihi. Tentunya, diawal semua pihak juga sudah  memiliki persepsi dan makna yang sama tentang konsep pendidikan yang harus dilakukan di Islamic boarding school atau pesantren.

Kita semua berharap, dimanapun anak-anak kita menjalani fase pendidikan mereka, kelak mereka akan tumbuh sebagai generasi-generasi yang cemerlang baik pribadi ataupun wawasannya. Maka, membersamai proses dengan harapan-harapan demikian, tidak akan bisa berlepas dari harus adanya kesepahaman yang sama tentang makna dan proses pendidikan, khususnya di Islamic Boarding School atau pesantren itu sendiri.

Harus ada kesepemahaman yang menjadi hal untuk disepakati oleh semua pendidik, bahkan institusi pendidikan itu, yaitu menempatkan adab sebagai pondasi dasar dalam menentukan proses atau metode pendidikan yang akan dilakukan. Bukan sekedar sudah dianggap berhasil sebuah pendidikan, jika merasa istimewa dengan capaian asahan otak, ketika mendapatkan nilai-nilai tinggi, meraih predikat terbaik atau banyak mendapat sertifikat, piala atau piagam-piagam penghargaan dalam ragam event lomba. 


Islamic boarding school atau pesantren,sejatinya haruslah memiliki pondasi yang sama. Menempa anak-anak didik atau santrinya sebagai manusia-manusia terbaik yang tidak melenceng dari fitrah penciptaannya di muka bumi, yaitu sebaik-baik manusia yang senantiasa menyeru pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dengan potensi diri, pribadi dan akal yang Allah anugerahkan kepada mereka.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir