Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Cegah Selingkuh; Bersabarlah Menjaga Mata & Hati

Gambar
Setiap menerima konsultasi masalah rumah tangga, perselingkuhan menempati urutan teratas yang menjadi akar penyebabnya. Bukan kasus 'unik', karena memang sudah banyak terjadi. Kisah akhirnya pun banyak yang lebih memilukan hati, ketimbang beberapa kisah 'serupa' yang beberapa kali viral di jagad permedsosan. Umumnya, dari banyak kejadian perselingkuhan ( catat ya, per-se-ling-ku-han ), penyebab intinya sama. Yaitu, ketika seorang laki-laki tidak mampu menjaga mata dan hatinya serta perempuan yang tidak mampu menjaga diri, hingga tergadai 'izzah dan 'iffahnya. Andai semua laki-laki menjejak pada teladan seorang Nabi Yusuf dan semua perempuan menguatkan diri seperti seorang Maryam, mungkin syetan pun akan sangat sulit mengacaukan mereka, ya. "Yee, laki-laki zaman sekarang mana ada yang bisa kaya nabi Yusuf, dan perempuan zaman sekarang juga nggak ada yang seperti Maryam, kalee. " Eits, yang keluar malah apologi seperti itu,deh. Well, kalau dipiki

Jangan Resah, Semua Sudah Allah Taqdirkan Dengan Cinta

Gambar
Semua mungkin pernah mengalami hal seperti ini. Ketika diri mendapat musibah ataupun sesuatu yang mengacaukan perasaan dan seolah membuat hidup kita oleng atau goyah, lalu refleks kita pun meraih mushaf kesayangan. Berharap saat membaca satu atau dua ayatnya, jiwa kita akan sedikit tenang, pikiran pun akan jernih untuk memikirkan langkah yang harus diambil untuk menghadapinya. Maka, jemari kita pun membuka sembarang halamannya, lalu terbukalah satu halaman yang kemudian membuat kita tergugu haru, ketika dalam barisan halaman tersebut tertera ayat-ayat yang seolah menjadi jawaban awal atas apa yang sedang kita hadapi. Sering seperti itu ? Bersyukurlah. Karena artinya Allah masih sangat perhatian dengan kita. Karena artinya Allah masih mengarahkan hati kita untuk menemui-Nya. Karena artinya Allah masih menginginkan kita untuk mendekat kepada-Nya. Ah, sayang rasanya jika kita menyia-nyiakan perhatian Allah ini yaa...😥 Yuk, kita terus menelusuri ayat-ayat cinta-N

Pernikahan, Tunggulah Masanya Dengan Indah

Gambar
Ketika banyak yang bertanya," Mbaa, memang nikahnya umur berapa, sih ? Kok udah 17 tahun aja usia pernikahannya hari ini ?" " Umur 21 tahun.." " Haa ? kok bisa cepet sih dapat jodohnya ? caranya gimana ?" Waduh, kalau itu jangan pernah ditanyakan kepada manusia, ya..😅 Karena jodoh adalah satu taqdir kehidupan anak manusia yang sudah Allah tentukan jadwal kedatangannya. Tidak sedang diharapkan atau ditunggu-tunggu agar datang cepat, jika memang sudah waktunya, kehadirannya pun tidak mungkin ditolak. Pun, saat begitu ditunggu-tunggu sedemikian rupa sampai hati tak karuan rasanya, bahkan  jungkir balik pasang pengumuman mencari jodoh pun dilakoni,  yaa...kalau memang belum saatnya, nggak akan datang juga...😆 Yang pasti nih, mintalah kepada Allah, agar ketika ketentuan jodoh itu datang, kita dalam keadaan sebaik-baik Iman, sebaik baik niat dan sebaik-baik kesiapan diri untuk menjalani bahtera pernikahan. Karena sejatinya, pernikahan bukanlah sebuah ta

Tegaplah Meraih Harapan Itu, Nak !

Gambar
Cita-cita dan harapan adalah motivasi yang akan selalu menumbuhkan semangat, mengakarkan ikhtiar hingga menjulang tanpa henti. Saat langkah dalam menjalani prosesnya mengalami kelelahan dan keputusasaan, cita dan harapan yang dipupuk sejak lama akan menjadi sebuah alarm kehidupan yang memberi sinyal, bahwa kita hanya perlu istirahat sejenak untuk kemudian kembali bangkit melanjutkan perjalanan menuju tujuan.  Saat keterbatasan atau ragam kekurangan terasa berat membayangi perjalanan, cita dan harapan yang diukir akan menjadi sebuah lecutan diri, bahwa Allah pasti akan hadirkan pintu-pintu kemudahan dan memunculkan potensi-potensi istimewa yang masih tersembunyi belum termaksimalkan.  Cahaya-cahaya mata.. Jalan ini memiliki tabiat serius dan sangat jauh dari santai. Sejarah mencatat banyak peristiwa besar dan luar biasa jika diukur dari sisi kemanusiaan. Cita dan tekad mereka jauh melampaui kungkungan keterbatasan fisik dan manusiawi sebagai insan. Ingatlah seorang syaikh Ahm

Dua Hati Bersaudara

Gambar
Kakak adik dengan karakter dan passion yang juga saling berbeda. Si sulung yang mantap sekali untuk menekuni ilmu syariah, khususnya tafsir hadist, sedang si tengah lanang yang mantap juga untuk mempelajari teknik mesin beserta dunianya. Nah, bisa dibayangkan,ya kalau kita sedang ngobrol. Yang satu bahan obrolannya ke ujung sana, yang satu ke ujung sini. Simpul otak umminya mesti bisa nyambung dengan obrolan keduanya. Walau jujur sih, yang paling membutuhkan usaha itu adalah saat diajak ngobrol si tengah, karena banyak kosakata teknik atau mesin yang nyaris nggak pernah umminya denger bahkan tak pernah berminat mencari tahu tentangnya. Iya, tentang mobil dan segala jenis mesinnya plus hal-hal yang berkaitan dengannya. Tapi, ya balik lagi, umminya mesti terlihat ikut menguasai obrolannya, walau beberapa kali dengan manis umminya seolah 'menguji' dia, padahal sejatinya umminya sedang "mencari jawaban". Nah, lho, hahaha. Beda dengan abinya yang bisa langsung

Ayah; Pondasi Tiang Peradaban Umat Yang Terabaikan

Ada sosok Ibrahim dibalik istimewanya Sarah dan Hajar dalam mewujud sebagai perempuan-perempuan pilihan Allah. Ada sosok Rasulullah dibalik istimewanya para ummahatul mukminin menjalani perannya sebagai madrasah umat. Suami & istri, dua sosok yang menjalankan peran saling melengkapi dan menyempurnakan sebuah tujuan pernikahan yang bermisi membangun bangunan bernama keluarga. Dan tentu saja, bangunan itu hanya akan berdiri dengan kukuh dan indah ketika suami dan istri bisa bersinergi dengan serasi. Bersinergi dimulai dari pembentukan karakter, membangun kesamaan persepsi serta hal-hal kecil sekalipun yang semuanya berpangkal dari luasnya hati teriring ilmu serta kesadaran akan peran-peran mereka dalam mewujudkan bangunan keluarga tersebut. Maka, pembinaan-pembinaan yang bertujuan mengokohkan bangunan keluarga, haruslah menyentuh pada dua sosok pembentuk keluarga itu sendiri tanpa terkecuali, yaitu suami dan istri. Keduanya harus pula mendapat porsi pembinaan yang sama, walau mungki

Ciptakan Bonding Yang tak Biasa

Gambar
Jadwal telepon dari si sulung di asrama menjadi penantian setiap pekannya. Aktivitas 1 pekan akan tertuang dengan runut dalam satu jam kami bersua lewat udara itu. Pekan kemarin, karena beberapa hal, jadwal telepon terlewat. Artinya, harus menunggu pekan ini untuk bisa mendengar suaranya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, jadwal telpon kali ini tidak seperti biasanya. Feeling seorang ibu mengatakan, bahwa hari ini dia harus menelpon. Satu pekan ini perasaan saya sedikit membiru. Hati kecil saya mengatakan kalau ada yang harus segara dia sampaikan, ada yang harus dia ceritakan. Saya merasa, kondisi hatinya sedang rumit. Ada beban yang harus segera dia bagi dengan kami, orangtuanya. Apalagi besok jadwal USBN pertama. Tapi, bukan, bukan tentang USBN. Entahlah, saya merasa yakin ada hal lain. Tapi, sayang. Di jadwal biasa dia menelpon ini, ponsel saya tidak kunjung berdering sebagai tanda panggilan awal bahwa dia siap kami telpon balik. Ketika mencoba mendahului menelpon pun, ternya

Jangan Tinggalkan Peranmu, Ayah..

Gambar
Sempat salah fokus ketika membaca sebuah caption bertema keberhasilan anak-anak meraih prestasi dalam sebuah status yang melintas di beranda timeline facebook. Dituliskan jelas pada caption, bahwa yang awal menghantarkan anak-anak itu memasuki sekolahnya hingga meraih pretasinya sekarang adalah sosok ibu. Ya, hanya tertulis ibu. Lalu sosok ayah ? Apakah ayah mereka tidak memiliki peran dalam memilihkan sekolah lalu mengantarkan anaknya memasuki sekolah tersebut? Ataukah tidak ada peran ayah sama sekali dalam memantau perkembangan pendidikan anak-anaknya ? Ataukah juga malah tak ada sebersit doa pun dari ayah mereka yang bisa menjadi kunci taqdir keberhasilan anak-anak mereka itu ? Saya tidak tahu, apakah memang realita dari status tersebut memang mengetahui bahwa hanya ibu-ibu anak itulah yang berperan dalam pendidikan hingga keberhasilan anak-anak tersebut ataukah hanya selintas gambaran umum yang dijumpai, bahwa biasanya para ibu lah yang memegang peranan besar dalam pendidi

Bershabarlah Menyalakan Bara Mereka

Ibarat mengipasi arang untuk mengeluarkan api, begitulah saat kita harus menggesah seorang jiwa anak manusia yang sudah tercerabut potensinya, terluka jiwanya dan terkungkung dengan label-label negatif yang menghancurkan kepercayaan dirinya. Menghadapi anak atau remaja dalam kasus seperti ini, orangtua, guru dan orang di sekitarnya yang peduli dengannya seolah memang sedang mengipasi arang agar keluar nyala apinya. Diperlukan tenaga maksimal untuk mengayun kipas, kesahabaran menunggu dan juga sanggup menahan kebas-kebas di tangan, ketika arang belum juga menghasilkan api. Mungkin juga membutuhkan beberapa kali siraman minyak tanah untuk mempercepat keluarnya api, tapi tetap saja akan membutuhkan tenaga serta keshabaran untuk menunggu diluar perkiraan harapan.  Seorang anak dengan keadaan seperti arang ini memang harus terus dibantu agar bisa hadir kembali nyala semangatnya yang membakar. Semangat yang akan membakar jiwanya untuk kemudian sanggup memberikan peran tak hanya untu

Pintakan Do'a & Doakan Mereka, Nak

Gambar
Teringat pesan hikmah dari seorang gurunda yang bergitu bersahaja. Tentang do’a yang melangit dan bertemu dengan doa-doa yang sama dari mereka yang saling terhubung hati dan tujuannya.  Ya, tentang para orangtua yang mengetuk langit dengan harap & pinta untuk kebaikan anak-anak mereka, lalu terkekalkan dengan doa para guru dan pendidik anak-anak mereka yang tak henti bertabur indah menyertai hari-hari mereka sebagai pencari dan pewaris ilmu.  Sinergi yang indah. Sinergi doa-doa ikhlas yang melesat beriringan, berpadu utuh menjelma sebagai kekuatan dahsyat, menjadi sebab penuh cintanya Allah mengabulkan semua harap untuk keberhasilan anak-anak mereka semua. Sebab, memang kita tidak akan pernah tahu, sesiapa yang paling memenuhi syarat terkabulkannya do’a saat ia terlantun memenuhi ruang semesta. Apakah para orangtua yang terkadang merasa sangat berhak menguasai cahaya mata, lalu merasa paling elok melantunkan doa dengan segala upaya dirinya memantaskan diri sebagai orangtu

Selamat Jalan BJ Habibie, Bapak Teknologi Kebanggaan

Gambar
Senja kemarin, 11 September 2019 Indonesia berduka. Presiden negara ke 3, sekaligus salah satu Ilmuwan terbaik dunia yang dimiliki bangsa, kebanggaan umat dan dicintai dunia, Prof. Dr.Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie memenuhi panggilanNya, meninggalkan dunia di usia 83 tahun. Kepergian sosok tekhnorat religius, jujur, berdedikasi tinggi ini meninggalkan duka yang mendalam untuk seluruh anak bangsa juga dunia.  Betapa tidak ? Tidak ada yang memungkiri, perjalanan kehidupan beliau yang sarat dengan pelajaran berharga menjadi rekam jejak yang tidak akan pernah terhapus dalam ingatan. Masih teringat di zaman kecil dulu, sosok beliau begitu menjadi idola dan panutan. Setiap anak yang ditanya cita-citanya kelak seperti apa, sebagian besar, termasuk saya akan menjawab, “ Ingin seperti Pak Habibie “. Begitulah, bapak tekhnologi yang namanya selalu ada mengisi ruang kepala putra putri bangsa, khususnya mereka yang begitu mencintai ilmu. Kecemerlangan otaknya, kesahajaan pribadinya, ket

Temani Mimpi Dan Cita-Cita Mereka

Gambar
Menatap photo-photo ini di layar monitor, saat rehat sejenak dari memainkan jari merangkai aksara. Tetiba, alunan rindu dan untaian doa terapal untuk cahaya-cahaya mata nun jauh disana, yang sementara waktu harus berpisah berjuang di kawah peradaban. Mereka yang hari ini sedang menjalani sebagian episode kehidupannya, sebuah tahapan ikhtiar persiapan menggapai impiannya. Impian, harapan & cita-cita yang dirajut sejak usia mereka masih belia. Cita-cita dan harapan yang hingga kini pun belum pernah terdengar berubah, atau mungkin sedikit mengubah tujuan, misalnya. Harapan, yang mungkin saja memang tertanam dan terwaris dari setiap dialog-dialog cinta kami bersama mereka dahulu. Dialog-dialog yang sering kami lakukan sebagai ikhtiar menghantarkan mereka untuk menjadi sebaik baik hamba-Nya, yang kelak saat bertemu dengan Dia yang telah memilih kami untuk menitipkan mereka, kami pun sanggup mempertanggungjawabkan amanah-Nya. Maka, teringatlah akan beberapa kisah yang terus memotiva

Merdeka Adalah Leluasa Menjaga

Gambar
Kekuatan sebuah bangsa yang besar sejatinya hadir dari penderitaan dan perjuangan yang dilakoninya berbilang masa yang panjang dan berat. Perjuangan yang seungguhnya pun belum akan berhenti hanya dengan satu kata 'merdeka'. Perjuangan yang lebih berat dan amat panjang berikutnya adalah bagaimana menjaga apa yang sudah ada di hadapan, mempertahankan kedaulatan dan harga diri yang sudah diraih, mengukuhkan jejak-jejak perjuangan para pendahulunya pada setiap generasi yang terlahir di negeri ini dengan sempurna, tanpa ada yang direkayasa. Kelak, mereka yang memahami betul perjalanan bangsa ini menuju jayanya, akan sungguh-sungguh mematri utuh hakikat melanjutkan perjuangan sebuah bangsa, dengan cinta yang hadir tulus atas bentuk kesyukuran kepada Sang Pemberi Kemerdekaan sesungguhnya. Yakinlah, mereka anak-anak bangsa  yang mencintai sungguh-sungguh Penciptanya dan memahami benar setiap titah-Nya, takkan pernah menyia-nyiakan negeri dan bangsanya. Mereka akan sepenuh jiwa me

Menikah ; Saling Menguatkan, Jangan Melemahkan !

" Seorang akhwat atau perempuan aktivis da'wah baru akan benar-benar teruji gerak dari semangat dakwahnya setelah nanti dia sudah menikah. Tetap semangat atau malah makin mengendur." Masih teringat betul kalimat itu, yang bertahun-tahun dulu pernah tersampaikan dan begitu menghunjam dalam ingatan. Dan, ternyata memang betul kan, ya ? Sebelum menikah, energi bergerak yang luar biasa tak kenal lelah memang begitu nampak pada seorang akhwat / perempuan. Ya, karena memang masih sendiri, tentunya belum banyak amanah atau 'masalah-masalah' unik yang harus dihadapi seorang perempuan saat itu. Akan lain cerita ketika ia sudah menikah. Ada "setumpuk' tambahan amanah yang Allah berikan mengiringi status baru yang tersematkan padanya, sebagai istri ( dan ibu ). Salah satunya adalah kehadiran anak-anak dengan segala pernak perniknya ( juga anak mertua tentunya ) untuk diperhatikan menjadi kewajiban yang harus ditunaikan. Ditambah lagi ragam warna-warni

Samudera Keikhlasan Dalam Bait Perjuangan

Hari itu, pertama kalinya kami  berkunjung ke Assyifa Boarding School kampus 2 di Wanareja, Subang. Kampus terbaru dari Assyifa yang baru saja diresmikan sekitar 2 tahun silam ini ditempuh kurang lebih 30-35 menit dari kampus utamanya di jalan cagak kabupaten Subang. Kampus ini mungkin bisa dibilang lebih dekat dengan pusat kota Subang. Jadi, untuk kami yang masuk dari arah Jakarta lewat tol cipali, kampus Wanareja ini terbilang lebih cepat untuk dicapai ( 20-25 menit ) selepas keluar tol dan masuk kota Subang. Walaupun begitu, rupanya lokasi kampus ini begitu ' istimewa'. Bagaimana tidak ? Jika untuk mencapai Assyifa Jalan Cagak kami cukup melewati jalan raya yang mulus dan ramai, maka untuk  menuju kampus wanareja ini, kami harus masuk melewati jalan-jalan sederhana, dan kemudian menyusuri jalan sepi sekitar 10 menit dengan suguhan bentangan hutan karet di sisi kanan kiri jalan. Terbayang suasana jalan ini saat  malam hari. Gelap, lengkap dengan suasana hutan yang pastinya

Tautkan Hati-Hati Terbaik Untuk Mereka ; Sahabat Mendidik Kita

Gambar
Sebagai sahabat, tentu yang pertama adalah upaya kita untuk selalu men-support setiap gerak mereka, memberi dukungan untuk program-program yang dibuat, tanpa lupa untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan, menautkan hati-hati kita sebagai orangtua anak-anak  dengan para pendidik mereka disana. Biarkan pesantren mendidik anak-anak kita sebagai pribadi yang tangguh, sederhana, mandiri, memiliki empati dan simpati yang kuat. Belajar survive di berbagai keadaan. Berikutnya, menjadi salah satu tugas kita sebagai orangtua untuk mendidik hati anak-anak agar  menguatkan keikhlasan untuk selalu berdamai" dengan semua keadaan yang ditemui. Selanjutnya, luaskan hati-hati kita, biarkan selapang-lapangnya dalam ikatan persahabatan ini. Hati yang sama-sama lapang tentu akan memudahkan proses mendidik bersama ini. Tautan hati yang lapang karena Allah, sejatinya akan selalu menghadirkan ruang-ruang solusi yang juga berasal dari Allah. Dan, menautkan hati dengan mereka, a

(Review) Iqro ; My Universe, Film Bergizi Untuk Keluarga

Gambar
Film ini layak disebut sebagai film keluarga yang sehat, bergizi tinggi. 😍 Ya, dari film tersebut kita diajak untuk bagaimana bisa membaca apa yang tersirat dari ayat-ayat qouliyah-Nya dengan mencerna setiap larik ayat kauniyah-Nya, juga dari setiap episode taqdir setiap anak manusia. Film yang mengajak kita mencerna perjalanan  niat, azzam, ikhtiar tanpa lelah & jeda, serta kemudian kesanggupan menikmati taqdir yang telah Dia gariskan. Taqdir yang mungkin di awal terasa begitu menyesakkan, namun sejatinya menghadirkan hikmah yang melegakan. Kembali mengeja syukur, kembali menjejakkan jiwa bahwa sesungguhnya semua nikmat dari-Nya masih sangat banyak yang belum sanggup terhitung. Dikemas dengan begitu memesona. Tersaji dengan apik, tanpa menggurui. Film ini juga menyajikan dengan apik sebuah epik membaca semesta, mengurai dengan akal dan rasa, namun kemudian tetap tunduk pada setiap ketentuanNya yang membatasi logika untuk menjangkau apa yang tidak berhak disentuhnya. Mungki

Iman, Hati & Akal

Gambar
Iman memang tak bisa diwariskan. Namun, ia bisa di tumbuhkembangkan,dipupuk,disiram dan dirawat dengan baik. Tugas orangtua memang bukan mewariskan iman, namun mengenalkan,menguatkan dan menumbuh suburkan di hati masing-masing generasi yang dititipkan pada kita. Kelak, saat ia memulai masa ' memiliki diri sendiri ', ia akan menjelajah dengan apa yang terekam, tertanam dengan kuat dalam pikirnya. Suatu masa, ia akan bertemu ragam tetumbuhan yang berbeda pupuknya. Mungkin saja ia akan bertanya dan ingin menemukan jawab. Ia bisa bertemu dengan jawaban yang benar dan ia meyakini sepenuh hati. Atau sebaliknya, ia akan menemui jawaban yang keliru dan serta merta menentangnya. Namun, bisa saja  ia pun menemui jawaban keliru dan kemudian ia meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Untuk itulah seruan saling menasehati dalam kebenaran Allah titahkan. Saling menjaga dan mengingatkan, walau mungkin dengan cara yang juga tak sama untuk setiap wajah. Ya, ibarat ragam media tanam atau tumbu

Melepasmu di Kawah Peradaban

Gambar
Jika tidak rindu, itu salah. Melepasnya kemarin saja, sungguh (hati)  penuh perjuangan. Menahan agar bulir panas yang terus menggenang untuk tidak mengalir tumpah, terasa begitu susah payah hingga sesak tidak sanggup membuat lisan meluncurkan kata. Untung saja, hari melepas saat itu kami saling menatap dalam keremangan malam, hingga aliran bening ini tak jelas tertangkap matanya. Walau tanpa banyak kata, kami hantarkan miliaran energi cinta penguat langkah dalam genggaman perpisahan. Kami tahu, dia mengerti dan akan sungguh mencoba menjalani, walau langkah mungkin terasa berat di awal ini. Wajar.. Dia cengeng ? Tentu tidak  buat kami. Malah hal yang aneh, jika dia nampak biasa saja atau nampak 'bahagia'. Bisa jadi, malah kami yang akan 'sedih' dalam warna berbeda jika menemuinya dengan rupa seperti itu. Tapi, maaf, ini tentu bukan berarti wujud sebuah ketidakikhlasan. Walau 3 tahun yang lalu sang kakak telah mengawali episode ini, tentu saja suasana warnanya tida

Generasi Emas Islam

Gambar
Faiza Shifa Medina. Teman seangkatan si sulung 3 tahun ini di SMPIT Assyifa Boarding School. Teman yang 'istimewa' untuknya juga untuk semuanya. Teman yang sangat menginspirasi & memotivasi. Banyak cerita-cerita indah mengalir tentangnya. Sejak kelas 7, nama gadis manis ini memang langsung menjadi pembicaraan. Sosoknya yang dikenal shalihah, berakhlak tinggi, cerdas akademis dan cinta Alquran, membuatnya selalu menjadi buah bibir  penuh kebaikan dan harapan. Duta prestasi, begitulah julukan awal untuknya. Ya, karena gadis ini memang Allah karuniakan otak yang cemerlang, khususnya di bidang Matematika. Selalu menjadi wakil sekolah di setiap ajang lomba tingkat kabupaten hingga Nasional, dan sering pula membawa raihan puncak yang membanggakan. Saking seringnya mengikuti lomba, beberapa kali si sulung dan temannya membuat guyonan  " Medi ( panggilan untuknya ) itu belajarnya di karantina-karantina, mi. Udah bukan di kelas lagi..". Gadis shalihah ini pun tidak ha