Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Samudera Keikhlasan Dalam Bait Perjuangan

Hari itu, pertama kalinya kami  berkunjung ke Assyifa Boarding School kampus 2 di Wanareja, Subang. Kampus terbaru dari Assyifa yang baru saja diresmikan sekitar 2 tahun silam ini ditempuh kurang lebih 30-35 menit dari kampus utamanya di jalan cagak kabupaten Subang. Kampus ini mungkin bisa dibilang lebih dekat dengan pusat kota Subang. Jadi, untuk kami yang masuk dari arah Jakarta lewat tol cipali, kampus Wanareja ini terbilang lebih cepat untuk dicapai ( 20-25 menit ) selepas keluar tol dan masuk kota Subang. Walaupun begitu, rupanya lokasi kampus ini begitu ' istimewa'. Bagaimana tidak ? Jika untuk mencapai Assyifa Jalan Cagak kami cukup melewati jalan raya yang mulus dan ramai, maka untuk  menuju kampus wanareja ini, kami harus masuk melewati jalan-jalan sederhana, dan kemudian menyusuri jalan sepi sekitar 10 menit dengan suguhan bentangan hutan karet di sisi kanan kiri jalan. Terbayang suasana jalan ini saat  malam hari. Gelap, lengkap dengan suasana hutan yang pastinya

Tautkan Hati-Hati Terbaik Untuk Mereka ; Sahabat Mendidik Kita

Gambar
Sebagai sahabat, tentu yang pertama adalah upaya kita untuk selalu men-support setiap gerak mereka, memberi dukungan untuk program-program yang dibuat, tanpa lupa untuk saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan, menautkan hati-hati kita sebagai orangtua anak-anak  dengan para pendidik mereka disana. Biarkan pesantren mendidik anak-anak kita sebagai pribadi yang tangguh, sederhana, mandiri, memiliki empati dan simpati yang kuat. Belajar survive di berbagai keadaan. Berikutnya, menjadi salah satu tugas kita sebagai orangtua untuk mendidik hati anak-anak agar  menguatkan keikhlasan untuk selalu berdamai" dengan semua keadaan yang ditemui. Selanjutnya, luaskan hati-hati kita, biarkan selapang-lapangnya dalam ikatan persahabatan ini. Hati yang sama-sama lapang tentu akan memudahkan proses mendidik bersama ini. Tautan hati yang lapang karena Allah, sejatinya akan selalu menghadirkan ruang-ruang solusi yang juga berasal dari Allah. Dan, menautkan hati dengan mereka, a

(Review) Iqro ; My Universe, Film Bergizi Untuk Keluarga

Gambar
Film ini layak disebut sebagai film keluarga yang sehat, bergizi tinggi. 😍 Ya, dari film tersebut kita diajak untuk bagaimana bisa membaca apa yang tersirat dari ayat-ayat qouliyah-Nya dengan mencerna setiap larik ayat kauniyah-Nya, juga dari setiap episode taqdir setiap anak manusia. Film yang mengajak kita mencerna perjalanan  niat, azzam, ikhtiar tanpa lelah & jeda, serta kemudian kesanggupan menikmati taqdir yang telah Dia gariskan. Taqdir yang mungkin di awal terasa begitu menyesakkan, namun sejatinya menghadirkan hikmah yang melegakan. Kembali mengeja syukur, kembali menjejakkan jiwa bahwa sesungguhnya semua nikmat dari-Nya masih sangat banyak yang belum sanggup terhitung. Dikemas dengan begitu memesona. Tersaji dengan apik, tanpa menggurui. Film ini juga menyajikan dengan apik sebuah epik membaca semesta, mengurai dengan akal dan rasa, namun kemudian tetap tunduk pada setiap ketentuanNya yang membatasi logika untuk menjangkau apa yang tidak berhak disentuhnya. Mungki

Iman, Hati & Akal

Gambar
Iman memang tak bisa diwariskan. Namun, ia bisa di tumbuhkembangkan,dipupuk,disiram dan dirawat dengan baik. Tugas orangtua memang bukan mewariskan iman, namun mengenalkan,menguatkan dan menumbuh suburkan di hati masing-masing generasi yang dititipkan pada kita. Kelak, saat ia memulai masa ' memiliki diri sendiri ', ia akan menjelajah dengan apa yang terekam, tertanam dengan kuat dalam pikirnya. Suatu masa, ia akan bertemu ragam tetumbuhan yang berbeda pupuknya. Mungkin saja ia akan bertanya dan ingin menemukan jawab. Ia bisa bertemu dengan jawaban yang benar dan ia meyakini sepenuh hati. Atau sebaliknya, ia akan menemui jawaban yang keliru dan serta merta menentangnya. Namun, bisa saja  ia pun menemui jawaban keliru dan kemudian ia meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Untuk itulah seruan saling menasehati dalam kebenaran Allah titahkan. Saling menjaga dan mengingatkan, walau mungkin dengan cara yang juga tak sama untuk setiap wajah. Ya, ibarat ragam media tanam atau tumbu

Melepasmu di Kawah Peradaban

Gambar
Jika tidak rindu, itu salah. Melepasnya kemarin saja, sungguh (hati)  penuh perjuangan. Menahan agar bulir panas yang terus menggenang untuk tidak mengalir tumpah, terasa begitu susah payah hingga sesak tidak sanggup membuat lisan meluncurkan kata. Untung saja, hari melepas saat itu kami saling menatap dalam keremangan malam, hingga aliran bening ini tak jelas tertangkap matanya. Walau tanpa banyak kata, kami hantarkan miliaran energi cinta penguat langkah dalam genggaman perpisahan. Kami tahu, dia mengerti dan akan sungguh mencoba menjalani, walau langkah mungkin terasa berat di awal ini. Wajar.. Dia cengeng ? Tentu tidak  buat kami. Malah hal yang aneh, jika dia nampak biasa saja atau nampak 'bahagia'. Bisa jadi, malah kami yang akan 'sedih' dalam warna berbeda jika menemuinya dengan rupa seperti itu. Tapi, maaf, ini tentu bukan berarti wujud sebuah ketidakikhlasan. Walau 3 tahun yang lalu sang kakak telah mengawali episode ini, tentu saja suasana warnanya tida