Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Tegaplah Meraih Harapan Itu, Nak !

Gambar
Cita-cita dan harapan adalah motivasi yang akan selalu menumbuhkan semangat, mengakarkan ikhtiar hingga menjulang tanpa henti. Saat langkah dalam menjalani prosesnya mengalami kelelahan dan keputusasaan, cita dan harapan yang dipupuk sejak lama akan menjadi sebuah alarm kehidupan yang memberi sinyal, bahwa kita hanya perlu istirahat sejenak untuk kemudian kembali bangkit melanjutkan perjalanan menuju tujuan.  Saat keterbatasan atau ragam kekurangan terasa berat membayangi perjalanan, cita dan harapan yang diukir akan menjadi sebuah lecutan diri, bahwa Allah pasti akan hadirkan pintu-pintu kemudahan dan memunculkan potensi-potensi istimewa yang masih tersembunyi belum termaksimalkan.  Cahaya-cahaya mata.. Jalan ini memiliki tabiat serius dan sangat jauh dari santai. Sejarah mencatat banyak peristiwa besar dan luar biasa jika diukur dari sisi kemanusiaan. Cita dan tekad mereka jauh melampaui kungkungan keterbatasan fisik dan manusiawi sebagai insan. Ingatlah seorang syaikh Ahm

Dua Hati Bersaudara

Gambar
Kakak adik dengan karakter dan passion yang juga saling berbeda. Si sulung yang mantap sekali untuk menekuni ilmu syariah, khususnya tafsir hadist, sedang si tengah lanang yang mantap juga untuk mempelajari teknik mesin beserta dunianya. Nah, bisa dibayangkan,ya kalau kita sedang ngobrol. Yang satu bahan obrolannya ke ujung sana, yang satu ke ujung sini. Simpul otak umminya mesti bisa nyambung dengan obrolan keduanya. Walau jujur sih, yang paling membutuhkan usaha itu adalah saat diajak ngobrol si tengah, karena banyak kosakata teknik atau mesin yang nyaris nggak pernah umminya denger bahkan tak pernah berminat mencari tahu tentangnya. Iya, tentang mobil dan segala jenis mesinnya plus hal-hal yang berkaitan dengannya. Tapi, ya balik lagi, umminya mesti terlihat ikut menguasai obrolannya, walau beberapa kali dengan manis umminya seolah 'menguji' dia, padahal sejatinya umminya sedang "mencari jawaban". Nah, lho, hahaha. Beda dengan abinya yang bisa langsung

Ayah; Pondasi Tiang Peradaban Umat Yang Terabaikan

Ada sosok Ibrahim dibalik istimewanya Sarah dan Hajar dalam mewujud sebagai perempuan-perempuan pilihan Allah. Ada sosok Rasulullah dibalik istimewanya para ummahatul mukminin menjalani perannya sebagai madrasah umat. Suami & istri, dua sosok yang menjalankan peran saling melengkapi dan menyempurnakan sebuah tujuan pernikahan yang bermisi membangun bangunan bernama keluarga. Dan tentu saja, bangunan itu hanya akan berdiri dengan kukuh dan indah ketika suami dan istri bisa bersinergi dengan serasi. Bersinergi dimulai dari pembentukan karakter, membangun kesamaan persepsi serta hal-hal kecil sekalipun yang semuanya berpangkal dari luasnya hati teriring ilmu serta kesadaran akan peran-peran mereka dalam mewujudkan bangunan keluarga tersebut. Maka, pembinaan-pembinaan yang bertujuan mengokohkan bangunan keluarga, haruslah menyentuh pada dua sosok pembentuk keluarga itu sendiri tanpa terkecuali, yaitu suami dan istri. Keduanya harus pula mendapat porsi pembinaan yang sama, walau mungki

Ciptakan Bonding Yang tak Biasa

Gambar
Jadwal telepon dari si sulung di asrama menjadi penantian setiap pekannya. Aktivitas 1 pekan akan tertuang dengan runut dalam satu jam kami bersua lewat udara itu. Pekan kemarin, karena beberapa hal, jadwal telepon terlewat. Artinya, harus menunggu pekan ini untuk bisa mendengar suaranya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, jadwal telpon kali ini tidak seperti biasanya. Feeling seorang ibu mengatakan, bahwa hari ini dia harus menelpon. Satu pekan ini perasaan saya sedikit membiru. Hati kecil saya mengatakan kalau ada yang harus segara dia sampaikan, ada yang harus dia ceritakan. Saya merasa, kondisi hatinya sedang rumit. Ada beban yang harus segera dia bagi dengan kami, orangtuanya. Apalagi besok jadwal USBN pertama. Tapi, bukan, bukan tentang USBN. Entahlah, saya merasa yakin ada hal lain. Tapi, sayang. Di jadwal biasa dia menelpon ini, ponsel saya tidak kunjung berdering sebagai tanda panggilan awal bahwa dia siap kami telpon balik. Ketika mencoba mendahului menelpon pun, ternya

Jangan Tinggalkan Peranmu, Ayah..

Gambar
Sempat salah fokus ketika membaca sebuah caption bertema keberhasilan anak-anak meraih prestasi dalam sebuah status yang melintas di beranda timeline facebook. Dituliskan jelas pada caption, bahwa yang awal menghantarkan anak-anak itu memasuki sekolahnya hingga meraih pretasinya sekarang adalah sosok ibu. Ya, hanya tertulis ibu. Lalu sosok ayah ? Apakah ayah mereka tidak memiliki peran dalam memilihkan sekolah lalu mengantarkan anaknya memasuki sekolah tersebut? Ataukah tidak ada peran ayah sama sekali dalam memantau perkembangan pendidikan anak-anaknya ? Ataukah juga malah tak ada sebersit doa pun dari ayah mereka yang bisa menjadi kunci taqdir keberhasilan anak-anak mereka itu ? Saya tidak tahu, apakah memang realita dari status tersebut memang mengetahui bahwa hanya ibu-ibu anak itulah yang berperan dalam pendidikan hingga keberhasilan anak-anak tersebut ataukah hanya selintas gambaran umum yang dijumpai, bahwa biasanya para ibu lah yang memegang peranan besar dalam pendidi