Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Pesan Cinta Untuk Ananda

Gambar
Ananda, Senin esok, sebait episode pelengkap perjalanan menuntut ilmumu kembali harus kau jalani. Sebait episode hari-hari yang menegangkan, begitulah pernah tersampaikan olehmu. Siang malam terus berkutat dengan tumpukan buku, modul dan  latihan soal, juga tak lupa harus tetap fokus dalam menyempurnakan hafalan Al-Quran. Ya, pekan ujian akhir semester, biasa tercatat dalam agenda sekolah. Karena  pilihanmu adalah melanjutkan jenjang pendidikan di sekolah berasrama/pesantren, maka konsekuensi yang harus kau hadapi adalah menempuh hari-hari mencerna ilmu tanpa  bersama Abi, Ummi dan adik-adikmu tercinta. Pilihan yang sudah kau jalani dengan sepenuh hati, sekuat jiwa dan azzam/kesungguhan yang luar biasa. Sungguh, kita sekeluarga menjadi saksi bulatnya tekadmu dan adik-adikmu untuk menjadi generasi Al-Quran berwawasan luas yang kelak bisa menjadi kebanggaan keluarga dan umat. Bercita-cita  menjadi hamba terpilih-Nya untuk menikmati pelita ilmu-Nya yang terserak di semesta ray

Jangan Pernah Hadir Untuk Mereka, Jika Hati Tidak Siap Menyentuhnya

Anak- anak memiliki hati atau perasaan yang begitu peka. Pun dengan anak-anak didik di sekolah yang memiliki guru sebagai "orangtua" keduanya.Hatinya akan peka dengan guru-guru yang memang mengajar dengan "hati", dengan niat mendidik mereka karena Allah atau mendidik mereka hanya karena "mengharap"pundi rupiah, kenaikan golongan kepegawaian, atau bahkan mendidik mereka karena keterpaksaan karena tidak ada pekerjaan lain. Dan sesungguhnya, tanpa disadari kepekaan itu akan mewarnai prilaku serta pola pikir mereka. Ibarat menyentuh hati, begitulah interaksi guru dengan muridnya. Sama halnya orangtua dalam mendidik anak. Sentuhan hati orangtua yang akan tercermin dalam pola laku dan sikap, juga akan mewarnai pola dan gerak anak-anak kelak. Usia anak-anak yang sejatinya masih bersih memang membutuhkan sentuhan hati para pendidik yang benar-benar tulus. Agar setiap pesan yang tersampaikan dari para pendidiknya, sanggup mencapai dasar hati mereka yang j

Pintu Rumah

Seorang teman menelpon saya dengan isakan tangis yang terdengar.. "  Mbak..gara-gara saya nulis di blog, sekarang suami lagi disidang sama orangtua saya. Aduh, saya nyesel, mbak. Kasihan ayahnya anak-anak.." " Saya ga pernah berpikir akan seperti ini kejadiannya..." Lalu mengalirlah ceritanya. Beberapa waktu lalu, teman saya, suami dan anak-anak mereka dihadapkan pada masalah ekonomi yang sulit. Sang suami mengalami masalah dengan pekerjaannya, sehingga sementara waktu hanya mencari kerja sambilan yang itupun tidak selalu membawa hasil. Uang tabungan pada akhirnya terkuras untuk menutupi biaya hidup sehari-hari dengan 3 balita mereka. Hingga akhirnya, Allah ujikan mereka dengan keadaan tanpa memegang uang sepeserpun. Teman saya, kebetulan juga aktif mengelola blog pribadinya. Seperti biasa, untuk sekedar meringankan pikiran,  menulislah ia sesuai apa yang sedang dirasakan. Tanpa disadari, Tante teman saya  ternyata juga seorang blogger,  Allah '

Berbagi Cahaya CintaNya

MasyaAllah.. Hanya itu kata yang terucap saat menatap wajah dihadapan saya. Sungguh Allah Maha Kuasa, luar biasa meretas setiap keniscayaan dalam diri seorang hamba .  Ketika tatap manusia seolah segan menghampirinya, sungguh tatapan Allah tak pernah sombong untuk menatap hambaNya yang sentiasa menata diri menuju keridhoanNya, walau ia harus tertatih, walau tubuhnya kadang terhempas, namun dia tak pernah menyerah, terus merangkak, terseok, hanya untuk menggapai kasih SayangNya. Beberapa tahun yang lalu. Saya masih ingat saat tersasar ke sebuah gang. Saat itu saya diburu waktu menuju sebuah masjid dimana harus mengisi sebuah ta’lim para ibu . Kebetulan, ini adalah kali pertamanya ke daerah tersebut. Berhubung alamat yang diberikan tertinggal, maka saya hanya mengandalkan ingatan sesaat ketika menatap secarik kertas berisi alamat tersebut. Gang IX, hanya itu yang teringat. Bismillah, saya berikhtiar menemukan masjid tersebut. Memasuki gang itu tatapan-tatapan  heran mengiringi l

Laki-laki, Penggenggam Kunci Surga Keluarga

Seorang pemuda yang baru saja menggenggam erat tangan laki-laki paruh baya dihadapannya diiringi barisan kalimat akad istimewa terucap menggetarkan yang tertulis sanggup menggucang ArsyNya, terlihat menahan airmata tumpah. Haru, bahagia namun menyelisip sesak seolah bercampur beban berat yang terasa mulai mendera. Sungguh, bukan ia tak bahagia. Tapi karena ia amatlah merasa luarbiasa , ketika pada akhirnya tersemat sebuah amanah di pundaknya. Gelar suami dari seorang wanita yang Allah pilihkan untuknya dengan segala kurang dan lebihnya, kini tersandang sudah. Kelak, akan bertambah pula status diri menjadi ayah untuk putra putrinya. Amanah sebagai Imam ( pemimpin ) untuk mereka mau tidak mau siap mengiringi semua statusnya saat ini. Pemimpin yang akan Allah mintakan pelaporannya dan diwajibkan pula pertanggungjawabannya. Maka ketika selesai akad terucap, bukan hanya suasana suka berbunga-bunga yang mestinya ia bayangkan, namun juga sebuah rancangan persiapan ekspedisi