Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir



Awal tahun, episode pencarian sekolah lanjutan akan menjadi aktivitas umum di kalangan orangtua. Pilah pilih, ikut tes sana, ikut tes sini. Ikhtiar mencari yang terbaik, begitu pasti niat yang utama.
Kemarin berbincang dengan seorang teman yang kebetulan juga sedang disibukkan dengan aktivitas mencari sekolah untuk anaknya. Qadarullah, di salah satu sekolah favorit yang jadi tujuannya, sang anak dinyatakan tidak lulus. Padahal, sekolah itu adalah sekolah yang paling diunggulkan oleh mereka dan sang orangtua pun dengan sangat yakin memastikan bahwa anak nya akan lulus test masuk.

Maka obrolan kami setelah dia mendapatkan hasilnya itu diwarnai dengan berapi-apinya teman saya yang mengutarakan kekecewaannya. Sampai pada statement bahwa dia mendengar kabar dari orang-orang kalau ternyata di sekolah tersebut berlaku sistem nepotismeatau mendahulukan orang-orang terdekat dengan para petinggi-petinggi yayasan, serta pilih kasih dalam menentukan siswa yang lulus.

" Sepertinya memang benar kok, mba...yang diterima disana, sebagian besar kakak-kakak mereka juga sudah disana duluan. Orangtuanya juga dari kalangan tertentu gitu. Satu lagi , teman XXXX ( anaknya ) yang diterima itu, di sekolah nilainya juga pas-pas an , jauh sama anakku..." ujarnya begitu yakin

Deg, saya terus memperhatikan curhatan kejengkelannya yang sangat subyektif dan penuh aroma ‘ curiga’

“ Udah ah...jangan suudzon gitu. Itu dengernya dari siapa ? bisa jadi sesama ortu yang nggak dapet ya ? karena kesel, jengkel, jadilah ada prasangka-prasangka begitu ..” tembak saya refleks.

“ Ada deh..tapi sumbernya terpercaya, kok..” katanya lagi dengan tegas.

Owh...oke lah..Cut...!!

Saya memutuskan untuk tidak lagi terlibat jauh dalam obrolan itu . Bisa dibayangkan, obrolan dengan seseorang yang sedang sangat kecewa. Seseorang yang kecewa atau merasa kalah dengan seseorang atau sesuatu, akan sangat mudah termakan provokasi untuk membuat dia tetap merasa menang atau benar dengan serta merta menganggap salah 100% “ lawannya”.

Dan mungkin sepertinya kita semua pernah juga dalam posisi itu, sebagai orang yang kecewa. Maka kemudian , saya hanya mengingatkannya ( sekaligus terus mengingatkan dan menguatkan diri sendiri ) untuk kembali mempercayai ketentuan Allah.

Yaa...Taqdir Allah.

Tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui rencana Allah untuknya sedetik, sejam, sehari, sebulan, setahun atau berbilang tahun ke depan. Tidak akan ada.


Kita hanya diminta BERUSAHA, BERIKHTIAR YANG TERBAIK, YANG PALING BAIK, YANG PALING BENAR, YANG PALING BERSIH.

Cukup..itu saja.

Hasilnya ? Hanya Allah yangbberhak memutuskan. Karena Allah yang lebih tahu, mana yang terbaik untuk hambaNya.


Bisa jadi, kita sudah melakukan yang terbaik untuk mendapatkan . Ikhtiar pun sudah Allah nilai dengan sempurna. Tapi, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim tetap tidak ridho yang kita tuju menjadi milik kita, maka cukup Allah katakan tidak. Dan tidak akan pernah pula kita mendapatkannya, saat itu.
Tetiba, saya teringat kembali dengan proses yang saya alami dan persis sama dengannya.
Kemarin , Za juga sempat mengikuti test di sebuah pesantren yang kami anggap terbaik untuk nya. Walau ada beberapa pilihan Za lainnya, saat itu kami semua sepakat menganggap ,InsyaAllah itu adalah pilihan yang terbaik untuk saat ini.

Jelang test, saya katakan pada Za bahwa untuk ujian ini ia harus fokus saja pada pesantren ini. Usahakan yang terbaik, yang paling keras dan sungguh-sungguh. Anggap bahwa ini adalah pesantren satu-satunya tujuan Za setelah SD , dengan sementara mengabaikan pilihan-pilihan lainya ( agar dia maksimal dan optimal menghadapi test yang sudah ada di hadapan ). Za pun sempat agak nervous ketika melihat jumlah pendaftar yang mencapai ribuan, sedang yang diterima tak lebih dari 150 orang.

Tapi dia meyakinkan kami, bahwa dia akan tetap berusaha sungguh-sungguh dan maksimal.


Kami pun terus meyakinkan, Allah hanya ingin melihat usaha dan proses nya. Kita tidak tahu di mana taqdir Allah untuk sekolah lanjutan Za. Kita hanya diminta berusaha dan berdoa. Jadi, lakukan saja yang terbaik. Lulus atau tidak lulus, bukan pernyataan akhir yang mengindikasikan dia pintar atau tidak. Sejatinya, semua anak itu pintar dan cerdas. Tinggal polesan pendidikan, pengasuhan , waktu dan tempat yang akan membuat kecerdasan dan kepintarannya bersinar, bisa dimana saja. Dan tempat setiap anak tentulah berbeda.


Kita hanya berusaha menjemput taqdir terbaik. Karena itulah Allah tidak pernah menilai hasil akhir, melainkan proses atau ikhtiar lah yang akan Dia nilai. Tentang hasil? Tentu itu adalah hak prerogatif Allah . Yakin, bahwa setiap keputusan Allah adalah yang terbaik,
InsyaAllah.

Maka, ketika pengumuman kelulusan test keluar dan Za dinyatakan tidak lulus, semburat kecewa sempat terlintas diraut mukanya. Sebuah ekspresi yang wajar dan sangat normal. Ketika kita sudah berusaha dengan sekuat tenaga , tapi kemudian seolah usaha kita tak ada gunanya ( menurut kita ) pastilah perasaan kecewa dan merasa down itu ada. Dan itupun berlaku untuk seorang anak berusia 12 tahun, Za.

Namun kemudian, setelah jauh-jauh hari kami sudah melewati proses panjang berdiskusi dengannya , menyiapkan , meyakinkan, memahami dan mendoktrin penjelasan satu kata “ taqdir “, semburat kecewa itupun , alhamdulillah , akhirnya hanya terlihat beberapa jam saja. Setelah itu, Za pun begitu rileks tanpa beban.

Kami pun menguatkan dan membesarkan hatinya, dengan meyakinkan dirinya bahwa ada tempat yang jauh lebih baik sudah Allah siapkan untuknya melanjutkan pendidikan selepas SD. Masih ada pilihan-pilihan lain yang akan diikhtiarkan dan bisa jadi nanti akan Allah hadiahkan salah satunya menjadi yang terbaik untuknya. Walau sesungguhnya kita tidak pernah tahu, dimana taqdir sesungguhnya, bagaimana wujudnya, seperti apa tempatnya, seperti apa lingkungannya. Apakah sekolah-sekolah yang sudah masuk dalam daftar prioritas kita untuk di ikhtiarkan lagi sekuat tenaga besok ? Ataukah tempat yang tidak pernah kita masukkan dalam daftar pilihan kita ? 
Wallahu’alam

Tugas kita, fokus berusaha dengan sebaik-baiknya. Jika sudah selesai, maka berusaha kembali untuk tujuan selanjutnya , pun dengan usaha yang sebaik-baiknya

“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al Insyirah: 7 )

Jadi, sekarang tugas Za tetaplah harus bersungguh-sungguh , berikhtiar kembali untuk proses berikutnya. Untuk kemudian,melambungkan kembali do’a dengan sepenuh hati, ‘merayu” Sang Pemilik Keputusan dengan menyelipkan sebait permohonan tulus pula ‘ jadikan itu yang terbaik yang Allah ridhoi untuk dunia akhiratnya “.

Semoga Dia berkenan mengabulkan.

Jika ternyata nanti tidak sesuai juga dengan harapan , toh kita sudah berusaha mencoba menemukan yang terbaik sejauh jangkauan pandang kita sebagai manusia. Sekali lagi, Allah yang menentukan hasilnya. Ketika memang tidak sesuai harapan pilihan-pilihan kita, tugas kita selanjutnya bukan mencari “kambing hitam “ atas penyebab taqdir kita yang tak pernah kita inginkan . Itu sama saja dengan menggugat Allah plus menambah dosa dengan prasangka-prasangka buruk kita. Astaghfirullah.

Jadi teringat kisah seorang Ustadz. Dulu selepas pesantren , beliau ingin sekali melanjutkan kuliah di UIN. Usaha sungguh-sungguh sudah beliau lakukan. Hingga kemudian , harapannya ternyata bukan taqdirnya. Apa taqdir sesungguhnya untuk beliau ? Ternyata Allah memberikan tempat terbaik untuk beliau , kuliah di Al Azhar, Kairo.

Subhanallah..

Ya, sesungguhnya Allah sangat menyayangi hambaNya. Terkadang kita yang tak pernah menganggapnya ada dalam setiap hal yang kita dapatkan.

Allah meminta kita untuk berusaha, berikhtiar sebagai bentuk kasih sayangNya, mendidik kita dan menikmati sebuah usaha ,serta membuat kita belajar untuk ridho atas semua ketentuanNya. Hanya orang-orang pilihanNya lah yang akan sanggup mengolah semua proses panjang itu.

Semoga kita termasuk orang-orang pilihan tersebut. Orang-orang yang menikmati proses “Ikhtiar” , menyempurnakan dengan Do’a dan Ridho akan TaqdirNya, apapun juga.

Jika ikhtiar sudah di garis batas, biarkan doa dan taqdir bertarung di langit..:)

===============================================================

#special buat semua orangtua yang sedang “bertegang” ria menemukan sekolah / tempat pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Tetap tersenyum, jangan sampai nnt anak-anak yang terbebani yaaa....:)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya