" Zah..Zah...Ustadzah.."
Menyingkat kata, mungkin memang menjadi ciri dari generasi pemuda hari ini. Generasi Z, istilah yang dibuat manusia. Maka, beberapa tahun terakhir ini, beberapa kali juga kami mendengar kata-kata yang telah disingkat keluar dari lisan atau cerita anak-anak. Dimulai dari nama teman, nama tempat, nama makanan, yang padahal itu pun hanya berupa satu kata saja.
Belum lama ini, si tengah yang 'terpapar'..😬
" Gimana ujian kemarin ?"
" Alhamdulillah, B aja , ummi .."
" B ? Maksudnya nilainya B ?"
" Bukan, ..maksudnya ' biasa' aja .."
Walah...😅
Lalu, ada kata dalam bahasa tulisan chat si sulung.
" Awook ini maksudnya apaan sih ?"
" Hehe, itu artinya wakawaka... singkatan dr wkwkwkwk gitu deh..."
Haa ?
@&%#%#
Beneran deh, jadi pingin nyeruput kopi pahit 😅
Oke lah, awalnya untuk sementara kami tetap mencoba " memahami " kondisi kekinian, walau tetap selalu kami ingatkan bahwa tidak selalu yang 'kekinian' itu baik atau benar untuk diikuti. Jadi, kami minta sangat kepada mereka untuk mampu menempatkan sesuatu sesuai porsi juga tempatnya, termasuk berbahasa. Adab dan panduan akhlak seorang muslim harus mereka dahulukan.
Maka, jujur saja, kami cukup terusik dan gemes, ketika ada satu kata yang masuk dalam daftar singkatan dan ternyata sudah lazim juga digunakan oleh teman-temannya.
Kata ' Ustadzah ' menjadi 'Zah', dan ' ustadz' menjadi ' tadz'. :(
Hmm...sekilas, mungkin untuk mereka atau sebagian orang, ini bukan sesuatu yang 'penting' untuk dikritisi dengan dalih apalah arti sebuah kata. Toh, tidak menghilangkan maksudnya, kok.
Tapiii...untuk kami, ini harus dibahas dengan mereka. Tanpa sadar, mereka menyepelekan sebuah kata, yang sejatinya menyematkan sebuah adab kepada pemilik kata itu. Ustadzah atau ustadz, adalah sebuah panggilan adab 'hormat' dan 'santun' nya seorang anak didik kepada guru mereka. Ketika kata tersebut disingkat menjadi ujungnya saja, kami yang mendengar pun menjadi 'jengah'.
" Kok menyebutnya ' Zah " aja. Seperti panggil nama mba Za deh, jadinya.." sang adik berseloroh.
" Hmm..memang susah ya menyebutkan 'ustadzah' atau ' ustadz gitu..?"
" hehehe..nggak sih...."
" Terus..?"
" Soalnya temen-temen juga udah kebiasaan semua begitu, jadinya ya, gitu deh..ikutan.."
Hadeeeh....😂😂
" Hmm..memang sih , katanya kalian ini masuk sebagai generasi Z. Yang katanya juga salah satu cirinya itu senengnya yang instant dan nggak mau ribet. Termasuk menyingkat-nyingkat kata gitu, kali ya..
Tapi, jangan lupa, yang sebenarnya dan utama itu, ya kalian adalah generasi muslim. Walau hidup dan dikelilingi lingkungan generasi Z, identitas muslimnya nggak boleh hilang, itu berlaku sepanjang hayat. Termasuk adab. Semua tetap harus disesuaikan dengan adab Islam. Artinya, tetap posisikan sesuai tempatnya. Nggak usah latah mengikuti arus. Kalau memang kurang baik, ya jangan diikutin, lah. Termasuk, menyebut kata 'ustadzah' dan 'ustadz' tadi. Nggak disingkat pun, lidah masih bisa melafalkan dengan cepat, kan. Menyebutnya dengan lengkap dan sempurna, itu termasuk adab juga, lho. Memuliakan guru walau hanya dengan panggilan, tersebab itulah juga ilmu akan Allah ridhai melekat di diri kalian. Memangnya kalau menyebut kata 'ustadz' atau 'ustadzah' dengan sempurna bikin lidah jadi pegel, ya...hehehe.."
" Ih, ummi...ya nggak lah..hmm, iya sih...kalau dari ' adab' memuliakan guru , jadi terasa berkurang ya adabnya..? "
" Ada yang oke-oke aja lah buat disingkat, tapi ada juga yang kalau bisa, ya jangan disingkat, termasuk panggilan kepada guru itu..."
" Heheh...iya deh ....siap, ummi..."
Akhirnya..😂
Btw,
Mungkin sebagian orang akan menyebut kami terlalu ' konservatif", karena semacam singkatan kata saja harus menjadi poin yang dibahas. Tapi, kami memiliki prinsip bahwa seringkali yang terlihat kecil itu sebenarnya menjadi poin penting sebuah pondasi ketangguhan bangunan pokok kehidupan.
Dalam hal ini, kami ingin mengingatkan anak-anak, bahwa ada ADAB yang tetap harus mereka utamakan, ada akhlak islam yang harus mereka lekatkan sepanjang hayat, dan itu tidak bisa mengikuti ' maunya zaman " atau lingkungan. Untuk itulah mereka terus menjalani proses penempaan dan pembinaan. Agar mereka dapat tetap tangguh berdiri di zamannya, dengan tangguh pula memegang bara-bara kebenaran dan kebaikan yang akan semakin terasa panas.
Mereka memang milik zamannya, tapi bukan berarti mereka harus ikhlas tergerus pun mengikuti 'keburukan' polah di zamannya. Melainkan, mereka harus menguasai dan mewarnai zaman dengan kebaikan akhlak dan adab Islam, agamanya yang berlaku sepanjang kehidupan.
Memang sebuah poses yang panjang dan tidak akan mudah. Perlu keshabaran dan kehati-hatian mendampingi perjalanan mereka. Banyak riak gelombang yang sering pula tidak enak untuk dinikmati.
Namun yang terpenting, sempurnakan ikhtiar dan doa, lalu kita bertawakal.
Termasuk ikhtiar mengingatkan hal diatas.😅
@fitry_ummuza
Belum lama ini, si tengah yang 'terpapar'..😬
" Gimana ujian kemarin ?"
" Alhamdulillah, B aja , ummi .."
" B ? Maksudnya nilainya B ?"
" Bukan, ..maksudnya ' biasa' aja .."
Walah...😅
Lalu, ada kata dalam bahasa tulisan chat si sulung.
" Awook ini maksudnya apaan sih ?"
" Hehe, itu artinya wakawaka... singkatan dr wkwkwkwk gitu deh..."
Haa ?
@&%#%#
Beneran deh, jadi pingin nyeruput kopi pahit 😅
Oke lah, awalnya untuk sementara kami tetap mencoba " memahami " kondisi kekinian, walau tetap selalu kami ingatkan bahwa tidak selalu yang 'kekinian' itu baik atau benar untuk diikuti. Jadi, kami minta sangat kepada mereka untuk mampu menempatkan sesuatu sesuai porsi juga tempatnya, termasuk berbahasa. Adab dan panduan akhlak seorang muslim harus mereka dahulukan.
Maka, jujur saja, kami cukup terusik dan gemes, ketika ada satu kata yang masuk dalam daftar singkatan dan ternyata sudah lazim juga digunakan oleh teman-temannya.
Kata ' Ustadzah ' menjadi 'Zah', dan ' ustadz' menjadi ' tadz'. :(
Hmm...sekilas, mungkin untuk mereka atau sebagian orang, ini bukan sesuatu yang 'penting' untuk dikritisi dengan dalih apalah arti sebuah kata. Toh, tidak menghilangkan maksudnya, kok.
Tapiii...untuk kami, ini harus dibahas dengan mereka. Tanpa sadar, mereka menyepelekan sebuah kata, yang sejatinya menyematkan sebuah adab kepada pemilik kata itu. Ustadzah atau ustadz, adalah sebuah panggilan adab 'hormat' dan 'santun' nya seorang anak didik kepada guru mereka. Ketika kata tersebut disingkat menjadi ujungnya saja, kami yang mendengar pun menjadi 'jengah'.
" Kok menyebutnya ' Zah " aja. Seperti panggil nama mba Za deh, jadinya.." sang adik berseloroh.
" Hmm..memang susah ya menyebutkan 'ustadzah' atau ' ustadz gitu..?"
" hehehe..nggak sih...."
" Terus..?"
" Soalnya temen-temen juga udah kebiasaan semua begitu, jadinya ya, gitu deh..ikutan.."
Hadeeeh....😂😂
" Hmm..memang sih , katanya kalian ini masuk sebagai generasi Z. Yang katanya juga salah satu cirinya itu senengnya yang instant dan nggak mau ribet. Termasuk menyingkat-nyingkat kata gitu, kali ya..
Tapi, jangan lupa, yang sebenarnya dan utama itu, ya kalian adalah generasi muslim. Walau hidup dan dikelilingi lingkungan generasi Z, identitas muslimnya nggak boleh hilang, itu berlaku sepanjang hayat. Termasuk adab. Semua tetap harus disesuaikan dengan adab Islam. Artinya, tetap posisikan sesuai tempatnya. Nggak usah latah mengikuti arus. Kalau memang kurang baik, ya jangan diikutin, lah. Termasuk, menyebut kata 'ustadzah' dan 'ustadz' tadi. Nggak disingkat pun, lidah masih bisa melafalkan dengan cepat, kan. Menyebutnya dengan lengkap dan sempurna, itu termasuk adab juga, lho. Memuliakan guru walau hanya dengan panggilan, tersebab itulah juga ilmu akan Allah ridhai melekat di diri kalian. Memangnya kalau menyebut kata 'ustadz' atau 'ustadzah' dengan sempurna bikin lidah jadi pegel, ya...hehehe.."
" Ih, ummi...ya nggak lah..hmm, iya sih...kalau dari ' adab' memuliakan guru , jadi terasa berkurang ya adabnya..? "
" Ada yang oke-oke aja lah buat disingkat, tapi ada juga yang kalau bisa, ya jangan disingkat, termasuk panggilan kepada guru itu..."
" Heheh...iya deh ....siap, ummi..."
Akhirnya..😂
Btw,
Mungkin sebagian orang akan menyebut kami terlalu ' konservatif", karena semacam singkatan kata saja harus menjadi poin yang dibahas. Tapi, kami memiliki prinsip bahwa seringkali yang terlihat kecil itu sebenarnya menjadi poin penting sebuah pondasi ketangguhan bangunan pokok kehidupan.
Dalam hal ini, kami ingin mengingatkan anak-anak, bahwa ada ADAB yang tetap harus mereka utamakan, ada akhlak islam yang harus mereka lekatkan sepanjang hayat, dan itu tidak bisa mengikuti ' maunya zaman " atau lingkungan. Untuk itulah mereka terus menjalani proses penempaan dan pembinaan. Agar mereka dapat tetap tangguh berdiri di zamannya, dengan tangguh pula memegang bara-bara kebenaran dan kebaikan yang akan semakin terasa panas.
Mereka memang milik zamannya, tapi bukan berarti mereka harus ikhlas tergerus pun mengikuti 'keburukan' polah di zamannya. Melainkan, mereka harus menguasai dan mewarnai zaman dengan kebaikan akhlak dan adab Islam, agamanya yang berlaku sepanjang kehidupan.
Memang sebuah poses yang panjang dan tidak akan mudah. Perlu keshabaran dan kehati-hatian mendampingi perjalanan mereka. Banyak riak gelombang yang sering pula tidak enak untuk dinikmati.
Namun yang terpenting, sempurnakan ikhtiar dan doa, lalu kita bertawakal.
Termasuk ikhtiar mengingatkan hal diatas.😅
@fitry_ummuza
Bener sekali saya stuju...sbg orng muslim...kt hidup ikut panduan akhlaq al qur'an bukan arus zaman.
BalasHapus