Bershabarlah Menyalakan Bara Mereka

Ibarat mengipasi arang untuk mengeluarkan api, begitulah saat kita harus menggesah seorang jiwa anak manusia yang sudah tercerabut potensinya, terluka jiwanya dan terkungkung dengan label-label negatif yang menghancurkan kepercayaan dirinya.

Menghadapi anak atau remaja dalam kasus seperti ini, orangtua, guru dan orang di sekitarnya yang peduli dengannya seolah memang sedang mengipasi arang agar keluar nyala apinya. Diperlukan tenaga maksimal untuk mengayun kipas, kesahabaran menunggu dan juga sanggup menahan kebas-kebas di tangan, ketika arang belum juga menghasilkan api. Mungkin juga membutuhkan beberapa kali siraman minyak tanah untuk mempercepat keluarnya api, tapi tetap saja akan membutuhkan tenaga serta keshabaran untuk menunggu diluar perkiraan harapan. 

Seorang anak dengan keadaan seperti arang ini memang harus terus dibantu agar bisa hadir kembali nyala semangatnya yang membakar. Semangat yang akan membakar jiwanya untuk kemudian sanggup memberikan peran tak hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang lain. Kondisinya membutuhkan keshabaran dalam pendampingan, ketelatenan dalam menyikapi responnya yang mungkin lambat untuk mau bangkir tersebab putus asa yang sudah menjerat jiwanya. Ya, ia merasa dirinya seolah sudah menghitam legam, nyaris tak ada lagi keistimewaan yang bisa dipandang dari dirinya. Betapa perilaku orang-orang di masa lalunya yang telah menenggelamkan potensinya, meruntuhkan percaya dirinya, merenggut semangat juga semua harapan hidupnya memang nyaris sudah sempurna menghancurkan kehidupannya. Perihnya, seringkali hal itu terjadi tanpa disadari. Seperti ombak yang tetiba menyapu pasir di pantai, menghempaskan ke lautan hingga tak nampak lagi wujudnya

Diperlukan kepekaan dari para orangtua, guru dan mereka yang membersamainya, agar seonggok jiwa yang merasa seperti arang ini tetap dapat kembali bangga dengan semua yang dimilikinya. Ada karunia dari Allah yang amat besar masih tersimpan di dalam dirinya. Bukankah setiap manusia dengan kasih sayang-Nya selalu Allah iringkan dengan keistimewaan-keistimewaan yang membuat ia akan begitu berharga di hadapan-Nya? Itu yang harus kita yakinkan dan utuh ditanamkan dalam benak mereka. Yang lebih mengenal mereka adalah tentu Sang Pencipta-Nya, bukan dirinya sendiri. 

Maka membangkitkan percaya dirinya, menguatkan keyakinan bahwa ia adalah makhluk Allah yang juga sempurna dengan segala kelebihan dan kekurangannya harus terus diikhtiarkan dengan segenap daya upaya. Tentu prosesnya memang tak akan mudah dan memerlukan waktu yang panjang atau lama. Tapi, insyaAllah segalanya akan berbuah hasil yang membahagiakan ketika semua ikhtiar itu terlakoni dengan maksimal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir