Rumah Cahaya

Sebenarnya sudah beberapa tahun silam keinginan itu hadir. Keinginan untuk berbagi cinta kepada generasi sekitar. Cinta akan agamanya, juga cinta akan ilmu-ilmu-Nya yang terserak di semesta. Namun , kendala keterbatasan ruang di rumah seolah tidak mampu menggerakkan kami untuk berani memulainya. Kondisi rumah yang masih sangat sederhana ditambah fasilitas yang juga belum memadai , seperti bacaan atau buku sebagai media utama untuk program, akhirnya hanya mampu membuat harapan itu sementara terpendam jauh di lubuk hati. Hingga akhirnya, kami seolah diingatkan tentang taqdir waktu dan usia. Ya, tidak pernah ada yang tahu batas usia kita. Bisa jadi detik ini juga Allah selesaikan masa hidup kita di dunia, ketika semua asa belum terlaksana hanya karena ketidakberanian hati menghadapi keterbatasan yang sejatinya selalu akan ada jalan yang akan dimudahkan oleh-Nya untuk setiap niat kebaikan.

Rumah Cahaya; begitulah kami memberi nama pada sebuah 'warisan' yang kami siapkan untuk anak-anak dan generasi kami selanjutnya. Sebuah warisan 'cinta', penuh idealisme dan harapan untuk masa depan. Warisan idealisme dalam segala keterbatasan yang kami miliki ini , semoga akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir untuk menjadi pemberat amal timbangan kami pada yaumul hisab nanti.

Berbekal tekad yang memang sudah bulat ditambah dukungan semua anggota keluarga, maka dimulailah program edukasi anak negeri ini. Nama bernaung yang kami sematkan diatas dipenuhi dengan segala harapan dan impian, kelak apa yang akan dilakukan nanti adalah seperti pendar-pendar cahaya yang terus memberi terang pada sekitarnya. Begitulah harapan kami pada gerak kecil ini.

Alhamdulillah, gayung bersambut. Anak-anak di lingkungan kami dengan antusias hadir mengikuti program-program yang kami buat memang untuk mereka. Program Rumah Baca, dimana anak-anak bisa bebas membaca buku-buku yang ada dirumah. Kemudian program ABATA ( Ayo Baca Alquran dengan Tartil ) di malam hari, ternyata juga mendapat sambutan hangat. Walaupun sebenarnya di siang hari ada sebagian dari mereka yang sudah mengikuti kegiatan TPA ( Taman Pendidikan Alquran ) atau bahkan ada yang mengikuti les seusai jadwal sekolah, ternyata tetap tidak mengurangi semangat yang ada pada mereka.

Program yang tak kalah disukai anak-anak adalah ' Berkisah Sirah ', dimana dalam program ini kami secara khusus membacakan mereka buku sirah atau kisah hidup Rasulullah sejak lahir hingga wafatnya. Dalam program ini, alhamdulillah, anak-anak semakin terbuka wawasannya tentang sosok Rasulullah ,yang ternyata banyak dari mereka belum mengenal dengan detail sosok yang selama ini dikenalkan kepada mereka sebagai sosok yang harus dijadikan teladan dalam kehidupan. Melihat raut wajah mereka yang begitu menikmati proses berkisah, menghadirkan kesejukan tersendiri dalam hati kami. Harapan selalu ada, agar generasi-generasi ini bisa mencintai Rasulullah dengan sebenar-benarnya, tumbuh subur dan terus menguatkan keyakinan bahwa InsyaAllah, kelak mereka siap pula mengejewantahkan setiap teladan yang digoreskan oleh Rasulullah tercinta.

Dari beberapa rangkaian program yang berjalan dan diikuti oleh mereka, satu hal yang membuat kami terus bersemangat menjaga jalannya kedepan adalah saat sosok-sosok kecil yang hadir dari ragam keluarga dengan macam-macam pola asuh dan kondisinya itu, seolah langsung begitu dekat dan betah berlama-lama ada di rumah kami walau dengan kondisi seadanya. Mereka seperti sudah menganggap kami dan anak-anak adalah ayah ibu serta adik kakak mereka sendiri. Seringkali beberapa dari mereka tanpa dipinta mengurai rasa yang terpendam. Mengalir dengan bening, tulus dari hati dan terkadang sering pula diwarnai rasa sedih, sesak ataupun gundah. Warna-warni kehidupan merekapun tertumpah ruah. Maka, sejak itu pula kami tahu, bahwa bukan hanya rumah kami yang harus menyediakan ruang untuk aktifitas bersama anak-anak ini, namun hati kami pun harus siap menyediakan ruang untuk memberikan simpati atau empati kepada mereka, membantu menemukan konsep karakter yang sesungguhnya untuk diri mereka, menguatkan keImanan , mengenalkan sebaik-baik akhlak , juga menumbuhkembangkan wawasan keilmuan dan bakat mereka dengan maksimal.

Pernah di suatu waktu , kami merasa begitu lelah. Namun sepenggal kalimat judul sebuah buku menyentak kembali, ‘ jangan hidup, jika tidak memberi manfaat “. Iya, ketika kita hidup hanya untuk diri sendiri dan tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau sekitar, apatah arti sesungguhnya hidup kita. Memberi manfaat bukan sekedar memberi dalam bentuk materi, namun juga memberi dalam bentuk yang lain. Walau secara bentuk tidak terlihat, namun apa yang kita berikan dapat dirasakan orang lain dan bisa memberi warna kebaikan penuh semangat untuk kehidupan mereka.

Berbekal itulah, Rumah Cahaya ini akan terus kami jaga kehadirannya. Akan kami jaga setiap pendar cahayanya untuk terus memberi terang pada sekitar. Dan, sesungguhnya inilah warisan yang kami ikhtiarkan menjadi warisan terbaik untuk generasi kami kelak. Warisan cahaya cinta untuk mereka yang ada bersama kita, di sekitar kita. Sejatinya, berbagi memang takkan pernah mengurangi apa yang kita miliki. Berbagi cahaya cinta pada mereka, sejatinya pula akan terus menambah cahaya cinta untuk kita sendiri.

@fitry_ummuza


Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir