Bait Aksara Tentang Seorang Rahmah El Yunusiyah

Rahmah el Yunusiyah sudah lama tiada. Namun seperti sebuah pepatah ; harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Dan, sejarah pun bersuara tentang jejak yang ditinggalkan tokoh sejarah pendidikan negeri ini pada semesta.

Rahmah el Yunusiyah. Namanya mungkin baru-baru saja marak terdengar dibeberapa bilangan tahun terakhir di negeri ini. Padahal, harum wewangian jejak cintanya kepada bumi pertiwi sudah lebih dulu menyebar memesona, hingga di negeri jiran bahkan menjadi salah satu pondasi ruang kawah peradaban ilmu di sebuah negeri para nabi yang kini banyak pula menghasilkan para ulama hebat di seluruh penjuru dunia. Gelar syaikhoh pertama pun tersematkan sebagai bentuk penghargaan dari Universitas Al Azhar, sebuah kawah pendidikan Islam tertua di dunia ini.

Bukanlah gelar yang beliau jadikan tujuan. Namun sebuah pembenahan atau pelurusan  pada bentuk pengamalan yang sebenarnya dia perjuangkan. Meluruskan pemahaman tentang pengabdian manusia kepada titah Rabbnya tanpa melihat jenis kelamin. Karena dihadapan-Nya, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk ikut menjaga agama dengan ilmu yang juga harus mereka miliki, pun diperintahkan untuk menguasainya.

Ia ingin meluruskan pemahaman, bahwa Islam yang sesungguhnya tidaklah menjadikan perbedaan yang tersebab fitrah penciptaan laki-laki dan perempuan yang Allah hadirkan sebagai celah menciptakan jenjang yang menumbuhkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki untuk belajar, juga mensejajarkan diri sebagai hamba yang melakukan pengabdian kepada-Nya dengan benar, pun dalam memposisikan diri sebagai pendamping laki-laki. Maka, tentu saja para perempuan harus pula mendapatkan kekayaan dan ketuntasan ilmu yang sama juga keadilan yang setara dalam memperoleh hak kehidupannya.

Memperjuangkan pendidikan perempuan sebagai sosok yang juga mampu mengemban amanah khalifah fil ard, karena perempuan adalah tiang-tiang peradaban. Karena perempuan adalah rahim-rahim generasi penerus bangsa dan umat, maka tiang-tiang itu haruslah kokoh tertegak lurus; tidaklah bengkok, tidaklah berkarat. Rahim-rahim mereka harus hangat dengan kasih sayang yang bersandar pada pemahaman betapa Maha Rahimnya pula Sang Maha Pencipta. Jiwa dan pikiran para perempuan haruslah terus melangit, agar ia mampu membersamai generasi dengan wawasan yang tinggi. Tidak tenggelam dalam lugu dan kemudian memasung ilmu, juga tidak tunduk bahkan menukik pada larik-larik kebuntuan akal dan nasihat agama yang sengaja dipilah-pilah sesuai nafsu semata.

Perempuan haruslah  terdidik. Namun bukan untuk mengalahkan para lelaki. Bukan untuk mensejajarkan diri pada posisi yang tidak seharusnya. Karena, agama pun sudah mengaturnya dengan sangat sempurna, penuh hikmah akan apapun yang mungkin sempat pula membuat kita banyak bertanya. Padahal sejatinya, titah sang Pencipta tak pernah salah. Yang salah, adalah ketika kita mencernanya dengan jalan yang patah-patah juga tak sesuai arah.

Rahmah el Yunusiyah bergerak. Tekadnya utuh membulat, berjuang untuk mendidik para perempuan agar paham agamanya, pandai otaknya, luas wawasannya, terampil dan cekatan, juga tetap santun perangai dan akhlaknya, menjalankan segala peran sesuai titah Rabbnya dalam penciptaan perempuan sebagai hamba-Nya. Sejatinya, itulah pendidikan.

Perjuangannya tak kenal penat, tak patah dengan aral yang datang meredupkan semangat, tak kenal lelah walau lemah dan resah berusaha singgah. Getirnya setiap perjalanan untuk mengukuhkan bangunan cinta bersama anak-anak didiknya mungkin hanya tercatat dalam setiap rintih dan doanya kepada Sang Maha Pencipta. Ia tahu, hanyalah dapat meminta kekuatan kepada Yang Maha Kuat. Dan, kekuatan itu akhirnya Allah hadiahkan dengan indah. Kekuatan yang melahirkan kawah peradaban ilmu untuk generasi perempuan, tak hanya sebentar namun terus berkelanjutan. Sejatinya, kawah itu adalah salah satu rahim negeri ini untuk melahirkan generasi-generasi masa depan yang lebih baik, seperti tekad mendidik seorang Rahmah el Yunisiyah. 

" Perempuan adalah tiang sebuah negeri. Bagaimana sebuah negeri akan tegak berdiri  ketika tiang-tiangnya rapuh, karat dan tak bersendi ? " 

Maka, mendidik perempuan sejatinya juga adalah menjaga negeri.
Inilah  perjuangan seorang Rahmah el Yunusiyah untuk negeri  yang harus terus dijaga dan diwariskan tanpa henti.

@fitry_ummuza


Jakarta
16 Nopember 2020
=========
 
Noted : Tulisan diposting juga di instagram ananda @za.sharee, dalam rangka ikut membersamai dan mensyiarkan launching perdana novel biografi Rahmah El Yunusiyah " Perempuan Mendahului Zaman " yang diterbitkan oleh Republika.

- Azmia Husna ; Generasi Rahmah el Yunusiyah zaman ini😍

Komentar

  1. Keren. Bahasa khasmu, halus tapi teges. 👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah..masih perlu banyak belajar juga nih dari mba Rin.
      makasih dah mampir, mba...:)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir