Menikah ; Saling Menguatkan, Jangan Melemahkan !

" Seorang akhwat atau perempuan aktivis da'wah baru akan benar-benar teruji gerak dari semangat dakwahnya setelah nanti dia sudah menikah. Tetap semangat atau malah makin mengendur."
Masih teringat betul kalimat itu, yang bertahun-tahun dulu pernah tersampaikan dan begitu menghunjam dalam ingatan.
Dan, ternyata memang betul kan, ya ?

Sebelum menikah, energi bergerak yang luar biasa tak kenal lelah memang begitu nampak pada seorang akhwat / perempuan. Ya, karena memang masih sendiri, tentunya belum banyak amanah atau 'masalah-masalah' unik yang harus dihadapi seorang perempuan saat itu. Akan lain cerita ketika ia sudah menikah. Ada "setumpuk' tambahan amanah yang Allah berikan mengiringi status baru yang tersematkan padanya, sebagai istri ( dan ibu ). Salah satunya adalah kehadiran anak-anak dengan segala pernak perniknya ( juga anak mertua tentunya ) untuk diperhatikan menjadi kewajiban yang harus ditunaikan. Ditambah lagi ragam warna-warni kehidupan baru yang tentu akan menjadi ujian tersendiri untuk bisa tetap memiliki kualitas gerak yang sama dengan keadaan sebelum menikah.

Nah, untuk akhwat yang sudah menikah, bagaimana semangat bergeraknya hari ini ? Tetapkah sama, semakin melaju atau malah hilang perlahan tak nampak lagi dalam gerak peradaban umat ? 
Hmm, tapi, tunggu dulu. Tidak adil rasanya kalau menelisik dari sisi akhwatnya saja. Coba yuk, telusuri sang pendamping. Apakah ternyata ia yang mengambil andil sebagai penyebab ?
Yup, ternyata nih, banyak juga yang begini. Penyebab kendurnya gerak sang istri adalah sang suami sendiri.

Menikah, sejatinya adalah menyatukan dua kekuatan. Kekuatan potensi-potensi kebaikan yang seharusnya juga menghadirkan kekuatan yang lebih dahsyat untuk selalu melaju, bergerak, berdakwah, mengoptimalkan potensi diri ketimbang saat masih sendiri. Jika sebaliknya yang terjadi, berati memang ada yang harus direcharge, di tata ulang dan seharusnya dijadikan muhasabah bersama. Karena, artinya ada sesuatu yang hilang atau sengaja dilupakan dari visi menikah itu sendiri, yaitu kebermanfaatan diri dan keluarga yang akan dibentuk nanti untuk umat.

Maka, jadilah masing-masing kita untuk dapat saling menjaga pasangan agar senantiasa dalam kebaikan.Menjaga semangat agar tak redup, mendukung dalam segala kondisi, saling menghibur kala lelah dan saling menguatkan saat kesulitan datang menghampiri. Jadilah pasangan yang layak Allah kumpulkan kelak di JannahNya bersama generasi-generasi terbaik yang sama- sama dididik, juga bersama mereka yang merasai manfaat kehadiran kita dan pasangan untuk bersama menuju surga.

Satu hal yang juga harus diingat, menikah bukan sekedar untuk meluapkan hasrat hati dan jiwa anak manusia. Tapi menikah adalah sebuah proses kehidupan yang didalamnya akan penuh dengan konsekwensi ibadah, namun bertabur pula beragam ujian yang harus mampu terselesaikan. Diperlukan kesiapan tak sekedar kata siap. Maka, jangan asal pula ketika memilih pasangan hidup. Jangan menikah sekedar dengan modal "semangat menggebu" atau baper akut. 

Karena, pernikahan seorang muslim sejatinya adalah juga untuk  membawa misi perbaikan, bukan hanya untuk dua anak manusia yang melakoniya, namun juga perbaikan untuk seluruh semesta. Jadilah kunci-kunci kebaikan yang saling menguatkan, bukan kunci-kunci keburukan yang akan menjadi sebab lemahnya peradaban.

@fitry_ummuza

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir