Doa dan Semangat Untuk Pendidik Peradaban ! (Virtual Classroom & Covid-19)

Kondisi aktifitas dunia beberapa waktu terakhir tetiba mengalami transformasi yang signifikan, termasuk aktifitas belajar mengajar di sebagian wilayah yang terdampak. Institusi pendidikan diinstruksikan untuk mengalihkan proses belajar mengajar mereka secara daring/jarak jauh, tak terkecuali beberapa sekolah berasrama seperti halnya Assyifa Boarding School. Para santri yang berasal dari berbagai wilayah dan terbiasa beraktifitas bersama di asrama pun harus mengikuti prosedur social distancing, tetap berada di rumah setelah jadwal libur pesiar kemarin.
Apakah artinya 'liburan' para guru & anak-anak bertambah? Tentu saja tidak bisa diartikan sebagai jadwal libur tambahan untuk mereka.

Kejadian Luar Biasa terkait semakin mewabahnya covid-19 di negeri ini, mau tidak mau memang mengharuskan sekolah di wilayah terdampak untuk 'patuh' mengikuti arahan tindakan pencegahan, salah satunya memperlakukan santri yang sudah berada di rumah saat libur pesiar kemarin untuk tidak melakukan perjalanan hingga mengalihkan proses belajarnya dari rumah untuk sementara waktu.

Yang perlu digaris bawahi adalah mengalihkan proses belajar mengajar, bukan meliburkan. Artinya, proses belajar dan pembinaan santri tetap berjalan sesuai jadwal dan target pembelajaran dengan merubah tata laksana serta pendekatan pembelajarannya.
Hal ini yang harus ada di benak kita masing-masing, agar tidak timbul persepsi liar bahwa saat ini anak-anak di rumah dan 'libur' dari pembinaan dan pembelajaran. Hanya dimensi ruang yang berubah. Sedangkan dimensi waktu tetaplah sama.

Saat ini, anak-anak kita secara fisik memang tidak berada di lingkungan asrama atau sekolah. Secara fisik tidak dibersamai oleh ustadz/ustadzah di asrama dan sekolah, tidak pergi ke dapur asrama untuk mengambil jatah makan mereka, tidak hadir di jadwal tahfidz dan bertatap muka untuk setoran hafalan, tidak mengisi ruang-ruang kelas dan menerima pelajaran langsung dari para guru mereka.
Tapi, bukan berarti 2 pekan ini hak-hak mereka untuk di sekolah atau asrama diabaikan oleh ustadz/ustadzah mereka. Bahkan bisa dikatakan kewajiban para guru untuk membersamai anak didiknya menjadi berlipat lebih sulit dan menantang. Dan sekali lagi, ustadz/ustadzah pun tidak sedang berlibur.

Segenap ikhtiar maksimal disertai tadhiyah yang luar bisa sudah ditunjukkan oleh sekolah, asatidz/asatidzah, juga musyrif/musyrifah putra-putri kita selama menghadapi kondisi hari ini. Mereka tetap berjibaku beradaptasi untuk tetap menjalankan amanah-amanahnya sepenuh jiwa dan raga. Bekerja keras mengoptimalkan ambang atas kreatifitas dan inovasi mereka dalam menghadirkan proses pembelajaran jarak jauh untuk putra-putri kita semua. Menyiapkan virtual classroom kemudian melengkapinya dengan modul pembelajaran, perangkat penilaian, perangkat mutabaah beserta evaluasinya. Dan semuanya berusaha disajikan dengan "apik" dalam bentuk daring. Mereka juga mesti mencari cara termudah agar semua itu bisa diakses dan diikuti oleh seluruh santri dan orangtua tanpa kecuali. Dan pada saat yang sama mereka harus menyiapkannya dengan cepat karena situasi yang berubah secara mendadak.
MasyaAllah ... mentranaformasi ruang nyata ke ruang virtual bukanlah hal yang mudah, ayah bunda...πŸ˜…

Infrastruktur dan perangkat pendukung aktivitas saat terpaksa harus berjauhan dengan anak didik pun pastinya harus dikonversi secara progresif. Paket data gadget mereka juga harus senantiasa siaga secara optimal bersama dengan jaringan dari Internet Service Provider yang kadangkala tersendat di wilayah sekolah. Waktu, pikiran dan kuota paket data pun mungkin harus terkuras lebih dari hari-hari biasanya. Sekali lagi, ini bukanlah aktivitas yang mudah mengawal pembinaan dan pembelajaran ratusan santri yang berada dalam tanggung jawab mereka secara berjauhan sembari berusaha memastikan apa-apa yang sudah diberikan adalah seusai dengan hak dan kewajiban mereka dalam menunaikan amanah mendidik generasi dambaan peradaban Ummat.

Adakalanya, asatidz/asatidzah pun 'resah' ketika memikirkan sebagian anak-anak didiknya yang berada di wilayah dengan jangkauan internet yang terbatas atau sarana pendukung yang tidak seberuntung sebagian anak didik yang lain. Dalam salah satu komunikasi kami dengan seorang ustadzah, beliau berkata :
"Saya kepikiran dengan anak-anak yang masih kesulitan untuk bisa optimal mengikuti proses pembelajaran online ini...kasihan, kan. Semoga kami nggak jadi dzhalim, ya. Kami akhirnya hanya bisa terus memaksimalkan doa-doa buat mereka..."

Duh, ayahbunda...
Bukankah doa-doa ikhlas dari asatidz/asatidzah serta musyrif/musyrifah untuk putra-putri kita inilah yang sejatinya senantiasa kita harapkan sebagai wasilah hadirnya keberkahan ilmu dan hikmah yang diterima putra-putri kita sepanjang hayatnya? Dan bukankah doa serta perhatian tulus ikhlas seperti inilah yang sejatinya tidak akan pernah bisa terbayar dengan rupiah ataupun bentuk lainnya?

Bersamaan dengan kondisi negeri yang sedang mengalami ujian Tha'un, hingga kemudian memaksa aktivitas belajar mengajar putra-putri kita semua tidak bisa berjalan normal sebagaimana mestinya, maka dedikasi dan pengabdian asatidz/asatidzah ini tentulah harus kita support dengan sepenuh hati. Tidak lain, sebagai satu bentuk sinergi kita yang sudah memilih sekolah beserta seluruh perangkat yang membersamainya sebagai sahabat mendidik putra-putri kita semua.

Mari kita iringi doa-doa tulus untuk semua pengorbanan dan kerja keras asatidz/asatidzah putra-putri kita semua. Kita support pula untuk mencapai hasil yang optimal dengan berusaha mengimbangi, membersamai dan mendampingi anak-anak kita di rumah sekuat tenaga dan pikiran kita, pun dengan ikhtiar yang maksimal. Mengawal semua adaptasi proses pembinaan dan pembelajaran ananda yang saat ini sedang berada dalam jangkauan kita. Memastikan bahwa semua komitmen pendidikan yang disepakati bersama sekolah, sebagai sahabat mendidik orangtua pun dapat terealisasikan dengan baik.

Mungkin tidak ada salahnya, sesekali kita bayangkan, saat ketika ustadz/ustadzah atau musyrif/musyrifah membersamai hari anak-anak kita saat di asrama atau sekolah. Beratkah? Pasti...😁

Bagaimanapun, tanpa menafikan segala keterbatasan, beserta kendala ataupun kekurangan yang ditemui, InsyaAllah kondisi ini akan menghadirkan hikmah yang luar biasa untuk hari-hari esok kehidupan kita, pun demikian halnya dengan pendidikan dan pembinaan bagi generasi penerus negeri ini kelak.

Mari kita berdamai dengan taqdir kehadiran Pandemi Covid -19 ini dengan selaksa rasa yang tetap indah. Saling mendoakan dan saling mensupport πŸ€—Kita catat setiap larik-larik nilai kehidupan yang bisa kita ambil, untuk kemudian kita cerna dengan sempurna agar menjadi bait-bait hikmah yang akan menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi generasi penerus kita.

Selalu semangat untuk asatidz-asatidzah, musyrif-musyrifah di Assyifa Boarding School.
Semoga Allah Al Aziz mengkaruniakan kekuatan dalam penunaian amanahnya membangun generasi peradaban. Selalu semangat juga untuk ayahbunda dimanapun berada dan senantiasa terjaga untuk ananda semua. Semoga Allah Ta'ala karuniakan kita kesehatan dan perlindungan bagi kita semua.Semoga wabah Covid-19 ini segera mereda, diakhiri dengan hadirnya berjuta hikmah kebaikan yang luar biasa, khususnya untuk keimanan serta ketaqwaan kita semua.

Aamiin yaa robbal 'alamiin...
===
Ditulis bersama sayap jiwa , Abu Mubarak :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir