Bahtera Ilmu Itu Berkurang Lagi ( Selamat Jalan, Engkong Hilmi .. )


Mengakhiri hari di bulan Juni 2020, pukul 14.24 sebuah kabar kembali menyentak. Duka dan kehilangan kembali terasa menyesakkan. Baru 3 bulan berjalan ke belakang, kabar wafatnya para guru dalam perjalanan dakwah ini masih menyisakan perih kesedihan. Masih jelas terngiang berita duka yang datang Ustadz Ahzami dan Ustadz Mutammimul Ula ( allahuyarham ), kini kembali berita yang sama datang mengabarkan tentangnya. 
Guru yang biasa kami kenal dengan sebutan engkong, KH. Hilmi Aminuddin, Allah taqdirkan bergegas menyusul sahabat-sahabat tercinta, gurunda terbaik kami semua. 

Usia memang tiada yang bisa menerka batasnya. Goresan rencana kehidupan manusia hanya bisa kita tuliskan sementara, karena kita tidak  pernah tahu kapan Allah akan menghentikannya. Begitu pun episode kehidupan guru yang kami kenal sangat bersahaja, luas wawasannya, kuat daya juang dakwahnya dan bertebaran cinta serta petuahnya, Allah sudahi dengan sebaik-baik cara-Nya.

Tetiba semua kembali merasakan duka mendalam. Walau banyak yang belum sempat berinteraksi langsung dengannya, namun jejak-jejak kebaikannya dapat terbaca jelas pada bait-bait petuah yang terus mengalir dari lisan atau gerak sosok-sosok yang turut membersamai dan mencintai dakwah ini.

Beliau yang dikenal lembut namun juga tegas, serta tak banyak ingin berdebat atau memanjangkan masalah. Beliau yang selalu bersemangat dalam menebar aroma dakwah dan juga tak pernah melupakan kebaikan-kebaikan sesama. Setiap yang terucap seolah adalah mutiara hikmah, seakan menegaskan kembali pelajaran-pelajaran dibalik pahit getirnya memegang estafet dakwah ini yang kelak pasti  akan sempurna  berbuah dengan manis dan indah.

Perjuangan panjangnya menempa pribadi-pribadi kukuh yang mencintai Dien ini, berakhir sudah. Beliau memang tak banyak meninggalkan petuah, hikmah ataupun pemikirannya  dalam bentuk tulisan atau buku-buku yang bisa kita baca. Namun beliau meninggalkan petuah dan hikmah itu dalam sosok-sosok manusia yang siap melanjutkan estafet perjuangannya.

Ya, KH. Hilmi Aminuddin memilih meninggalkan semua pada jiwa-jiwa kader dakwah yang beliau bersamai dengan begitu sabar. Jiwa-jiwa yang kemudian telah banyak membuktikan kiprah dan semangat mereka sebagai bagian generasi yang selalu ingin dan bersemangat dalam melakukan perbaikan di negeri ini. Mereka yang telah nyata memilih berkontribusi dengan optimal dalam semua lini kehidupan.

Mereka yang telah beliau tinggalkan dengan membawa jejak-jejak kebaikannya, sejatinya akan menjadi sebuah monumen indah yang tercatat oleh semesta. Monumen dengan pendar-pendar cahaya kebaikan yang membuktikan bahwa beliau nyata pernah hadir menjadi bagian sejarah penyeru dakwah di negeri ini. 

Selamat menemui Rabb-mu kembali, duhai gurunda..
Setiap jejak indah cinta dan pengabdianmu kepada umat selalu akan terpatri dengan utuh di hati-hati kami. Menjadi garis pijakan untuk langkah ini terus menyusuri jalan panjang, terjal, berliku serta lengkap dengan manis dan pahitnya cerita yang akan ditemui dalam titik-titik persinggahannya. Sungguh, ketika kepergian ini begitu menyisakan luka, maka luka itu adalah karena sejatinya kami tak hanya kehilangan ragamu, namun juga bahtera ilmu darimu.

Rasulullah SAW bersabda:
 "Ambillah (pelajarilah) ilmu sebelum ilmu pergi." Sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu bisa pergi (hilang)?"
Rasulullah menjawab: "Perginya ilmu adalah dengan wafatnya orang-orang yang membawa ilmu (ulama)."

(HR Ad-Darimi, Ath-Thabarani)


Jakarta, 30 Juni 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir