Pesan Cinta Untuk Ananda

Ananda,
Senin esok, sebait episode pelengkap perjalanan menuntut ilmumu kembali harus kau jalani. Sebait episode hari-hari yang menegangkan, begitulah pernah tersampaikan olehmu. Siang malam terus berkutat dengan tumpukan buku, modul dan  latihan soal, juga tak lupa harus tetap fokus dalam menyempurnakan hafalan Al-Quran.
Ya, pekan ujian akhir semester, biasa tercatat dalam agenda sekolah.
Karena  pilihanmu adalah melanjutkan jenjang pendidikan di sekolah berasrama/pesantren, maka konsekuensi yang harus kau hadapi adalah menempuh hari-hari mencerna ilmu tanpa  bersama Abi, Ummi dan adik-adikmu tercinta. Pilihan yang sudah kau jalani dengan sepenuh hati, sekuat jiwa dan azzam/kesungguhan yang luar biasa.
Sungguh, kita sekeluarga menjadi saksi bulatnya tekadmu dan adik-adikmu untuk menjadi generasi Al-Quran berwawasan luas yang kelak bisa menjadi kebanggaan keluarga dan umat. Bercita-cita  menjadi hamba terpilih-Nya untuk menikmati pelita ilmu-Nya yang terserak di semesta raya, serta kelak akan sempurna menyematkan mahkota untuk kedua orangtua di surga dengan hafalan Al Qur’an.
Maka tulisan ini kami tujukan untukmu duhai, ananda. Pesan cinta penuh rindu untuk turut membersamai hari-harimu, khususnya jelang episode perjuangan menempuh masa ujian ini.
Ingatlah bait indah berikut dari Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i, salah seorang penuntut ilmu terbaik yang Allah hadirkan untuk umat ini hingga kemudian dikenal dengan nama Imam Syafi’i:
"Kehidupan pemuda – demi Allah – adalah dengan mencari ilmu dan bertaqwa, bila keduanya tak mewujud, maka tak ada yang menandai keberadaannya"
Itulah kehidupan para pemuda yang hari ini engkau berada pada masanya.
Kehidupanmu adalah mencari ilmu dan membersamainya dengan penuh ketaqwaan. Karena sesungguhnya, ketaqwaan itulah yang akan menentukan keberhasilanmu menerima, mencerna ilmu serta melekatkannya pada pikiran dan mengejawantah pada akhlakmu kelak. Ketaqwaan yang  akan membawamu sebagai pemilik ilmu yang senantiasa tawadhu dan tak sungkan menyampaikannya kembali kepada orang lain.
Maka, tak usah risau dengan sepenggal masa ujian ini. Ujian ibarat penyempurna sebuah perjalanan. Perjalanan mencerna ilmu yang beberapa waktu ini sudah dijalani. Ujian ibarat sekeping penggalan masa untuk meyakinkan dirimu, bilakah larik-larik hikmah selama mengarungi samudera ilmu-Nya telah kau nikmati sungguh-sungguh? Serta sudah tertancapkah kepingan-kepingan emas hikmah dalam jiwamu  untuk bisa membangun peradaban kokoh dimasa depan nanti? Itulah hakikat sepenggal ujian yang akan nanda hadapi kembali mulai Senin esok.
Masa ujian yang melelahkan. Ya, lelah. Begitulah mungkin sering kau rasakan.
"Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan"
Sekali lagi, begitulah penggalan kalimat seorang Imam Syafi’i untuk mengingatkan kita sejak berabad silam.
Lelah dalam belajar adalah sebuah kemestian yang harus dihadapi, agar kita tak menanggung perih dari lukanya kebodohan. Ya, kebodohan membuat sebuah luka dalam penyesalan panjang. Karena kebodohan adalah pangkal dari sebuah kehinaan dan keterpurukan kehidupan. Kebodohan hanya akan menyungkurkan dirimu pada lembah kekerdilan di hadapan Allah Al-‘Aliim.
Maka, ananda sayang, bershabarlah menikmati lelah-payahmu. Bershabarlah dalam menahan kantukmu saat harus bermesraan penuh dengan lautan cahaya ilmu. Dan, bershabarlah terus untuk selalu meminta kekuatan kepada Allah Al-Qahhar agar senantiasa membersamai jejak langkahmu menuntut ilmu. Tanpa Dia yang membersamai, tanpa Dia yang mengiringi, tanpa Dia yang meridhoi, sungguh percikan ilmu-Nya takkan pernah melekat utuh, pun kau takkan mampu menyingkap hikmah cercah cahaya ilmu-Nya yang Maha Sempurna. Jangan lelah meminta petunjuk pada Allah Al-Hadi, karena Dia suka pada hamba yang berserah diri pada-Nya.
Ananda, di akhir tulisan ini, satu yang utama ingin kami ingatkan kembali kepadamu. Tentang sebuah kalimat indah dari seorang Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali. Seorang Ulama masyhur yang di kemudian hari dikenal dengan nama Imam Ghazali:
"Ketika kita menuntut ilmu selain karena Allah, maka ilmu pun akan enggan datang, kecuali karena-Nya."
Pesan indah yang begitu dalam maknanya. Bahwa, sesuatu yang diniatkan selain kepada Allah Azza wa Jalla, maka ia tak akan pernah datang menemui kita. Begitupula dengan ilmu yang sedang kita pelajari. Ia takkan pernah bisa kita kuasai pun melekat dengan utuh sempurna, ketika niat dan tujuan kita mencarinya bukanlah karena-Nya. Dan inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita semua perbaharui di setiap episode perjalanan menyelami kedalaman samudera ilmu-Nya. Memperbaharui selalu niat kita hanya karena-Nya, agar Allah Al Hakiim izinkan cahaya ilmu-Nya hadir dan melekat dalam diri kita tammaman-tammaman…sempurna sesuai kehendak-Nya.
Ananda, bersama rindu kami kirimkan pesan cinta ini. Jarak yang memisahkan, sungguh takkan pernah membuat garis pemisah diantara hati-hati kita. Dalam doa kita akan selalu saling mengurai rasa. Maka, doa kami sungguh takkan pernah terhenti mengiringi hari-harimu dalam menuntut ilmu di kejauhan sana. Jadilah yang terbaik seperti yang Allah kehendaki dari setiap hamba dan penuntut Ilmu-Nya. Jangan pernah luput melibatkan-Nya dalam setiap gerakmu. Berusahalah yang terbaik, dan bertawakkallah kepada-Nya. Sungguh, Allah Ta’ala hanya akan menilai ikhtiar atau usahamu, bukan hasil akhirnya.
Terakhir, bermohonlah kepada-Nya agar Ia memberi hasil terbaik penuh keridhoan dan keberkahan. Karena, itulah sebaik-baik capaian dari setiap perjuangan hamba-Nya. Tanpa ridho dan keberkahan dari-Nya, sungguh tidak akan bernilai untuk apapun yang kita miliki.
Selamat menempuh ujian, duhai ananda sayang.
Lihatlah, جامع و جامعة الأزهر mulai merindu hadirmu.

@fitry_ummuza

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir