Temani Mimpi Dan Cita-Cita Mereka

Menatap photo-photo ini di layar monitor, saat rehat sejenak dari memainkan jari merangkai aksara. Tetiba, alunan rindu dan untaian doa terapal untuk cahaya-cahaya mata nun jauh disana, yang sementara waktu harus berpisah berjuang di kawah peradaban. Mereka yang hari ini sedang menjalani sebagian episode kehidupannya, sebuah tahapan ikhtiar persiapan menggapai impiannya. Impian, harapan & cita-cita yang dirajut sejak usia mereka masih belia. Cita-cita dan harapan yang hingga kini pun belum pernah terdengar berubah, atau mungkin sedikit mengubah tujuan, misalnya.

Harapan, yang mungkin saja memang tertanam dan terwaris dari setiap dialog-dialog cinta kami bersama mereka dahulu. Dialog-dialog yang sering kami lakukan sebagai ikhtiar menghantarkan mereka untuk menjadi sebaik baik hamba-Nya, yang kelak saat bertemu dengan Dia yang telah memilih kami untuk menitipkan mereka, kami pun sanggup mempertanggungjawabkan amanah-Nya.

Maka, teringatlah akan beberapa kisah yang terus memotivasi kami untuk juga sanggup mendampingi dan memberi dukungan penuh untuk sebuah mimpi dan harapan mereka sebagai generasi peradaban kelak.
Tergambar kisah ibu seorang ilmuwan muslim kedua setelah Prof. Abdus Salam dari Pakistan yang menerima penghargaan Nobel di tahun 1999 karena jasanya menemukan femtokimia; sebuah studi mengenai reaksi kimia melintasi femtoseconds, yaitu Dr. Ahmed Zewail. Diceritakan, bahwa Ibu Ahmed Zewail juga mempunyai mimpi besar untuk kehidupan anak-anaknya. Sejak Ahmed Zewail kecil, sang ibu sudah menuliskan di pintu kamar sang anak sebuah tulisan yang meggambarkan harapannya ; ‘ Kamar Dr. Ahmed Zewail ‘. Sebuah tulisan yang sesungguhnya pun merupakan wujud dari mimpi dan keinginan serta dukungan sang ibu terhadap anaknya. Maka tampaknya, pesan itupun sampai ke dalam diri Ahmad Zewail, hingga ia pun meraih penghargaan Nobel bidang Kimia pada tahun 1999 dan menjadi salah satu ilmuwan besar dunia.

Ahmad Zewail sendiri mengakui bahwa ada pengaruh yang besar dari motivasi dan mimpi sang ibu pada dirinya. Tentu bukan hal mudah bagi seorang ibu untuk bisa mewujudkan mimpi besar itu pada anaknya. Maka, hari-hari sang ibu dalam merawat, cara mendidik dan membesarkan Zewail lah yang menjadi kunci ketika Allah berkenan mewujudkan keberhasilan itu.

Kisah lain pula tentang bagaimana Ibu seorang Syaikh Abdurrahman As Sudais yang kini menjadi Imam Masjidil Haram. Sang ibu yang dengan luar biasanya selalu menanamkan dan mengarahkan mimpi besarnya pada sang anak, dengan selalu mengingatkannya dan memotivasinya tak kenal lelah.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal kitabullah, engkau adalah Imam Masjidil Haram ..”
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, engkau adalah Imam Masjidil Haram..”
“Wahai Abdurrahman, jangan malas menghafal kembali hafalan harianmu. Bagaimana engkau akan menjadi Imam masjidil haram bila engkau malas ?”

Hingga akhirnya, Allah pun mewujudkan mimpi besar dan harapan tersebut. Syaikh Abdurrahman As Sudais pun menjadi Imam masjidil Haram dan menjadi salah satu ulama besar yang disegani di dunia.

Terakhir, kisah tentang seorang sahabat, Rabi’ah bin Ka’ab al aslami r.a.
Ia yang mengatakan kepada Rasulullah SAW " Yaa, Rasulullah, aku ingin menjadi pendampingmu di surga ". Rasulullah mengatakan “ adakah selain itu, yaa Rabi’ah ? “ Rabiah menjawab, “ hanya itu ya Rasulullah..”. Kemudian Rasulullah SAW mengatakan, ‘’ Jika begitu , bantulah aku untuk mencapai keingananmu itu dengan memperbanyak sujud.” ( HR. Muslim ).

Diriwayatkan bahwa Rabi’ah, atas bimbingan orangtuanya, sejak kecil memang sudah kerapkali terlihat dalam kondisi sholat dan sujud. Sepanjang usianya, Rabi’ah pun diriwayatkan tidak pernah tertinggal sholat berjamaah. Mengapa dia mampu melakukan semua itu ? Karena ia ingin meraih mimpinya yang besar, yakni menjadi pendamping Rasulullah di surga.

Ya, obsesi dan mimpi besar anak-anak yang sempurna terangkai bersama motivasi serta dukungan orangtua, khususnya para ibu ini, seolah mencambuk kita untuk tak kenal lelah melakukan hal serupa. Kita memang tidak pernah tahu, taqdir seperti apakah yang Allah bentangkan pada kehidupan masa depan mereka kelak. Namun, bukankah Allah tidak pernah menyia-nyiakan sekecil apapun ikhtiar yang dilakukan seorang hamba-Nya ? Dan, sejatinya bukankah mimpi dan obsesi seseorang yang besar adalah juga sebuah karunia dari Allah, untuk kemudian menjadi indikator bahwa kelak ia akan menjadi orang besar pula?

Maka, jangan biarkan anak-anak kita memupuk sendiri harapan dan cita-cita mereka. Tentu saja, harapan dan cita-cita yang sudah dipastikan memiliki pijakan diatas jalan-Nya. Seperti Ibunda seorang Imam Malik, yang cerdas dan penuh kelembutan serta semangat yang besar, sanggup mengarahkan mimp-mimpi sang anak untuk tetap pada jalannya yang lurus, hingga ia pun menjadi seorang ahli ilmu, imam yang berprestasi serta tangguh diantara imam-imam yang dimiliki kaum muslimin.

Ayahbunda, mari bantu dan dukung anak-anak kita terus untuk menguatkan dan menyempurnakan arah mimpi dan cita-citanya, agar kelak dapat tepat pula menuju keridhaanNya.

Selamat berjuang bersama, ayahbunda...:

@fitry_ummuza

=======

Kisah hikmah tertera disadur dari buku Sentuhan Cinta Ibu





Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir