Selamat Jalan BJ Habibie, Bapak Teknologi Kebanggaan


Senja kemarin, 11 September 2019 Indonesia berduka. Presiden negara ke 3, sekaligus salah satu Ilmuwan terbaik dunia yang dimiliki bangsa, kebanggaan umat dan dicintai dunia, Prof. Dr.Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie memenuhi panggilanNya, meninggalkan dunia di usia 83 tahun. Kepergian sosok tekhnorat religius, jujur, berdedikasi tinggi ini meninggalkan duka yang mendalam untuk seluruh anak bangsa juga dunia. 

Betapa tidak ? Tidak ada yang memungkiri, perjalanan kehidupan beliau yang sarat dengan pelajaran berharga menjadi rekam jejak yang tidak akan pernah terhapus dalam ingatan. Masih teringat di zaman kecil dulu, sosok beliau begitu menjadi idola dan panutan. Setiap anak yang ditanya cita-citanya kelak seperti apa, sebagian besar, termasuk saya akan menjawab, “ Ingin seperti Pak Habibie “. Begitulah, bapak tekhnologi yang namanya selalu ada mengisi ruang kepala putra putri bangsa, khususnya mereka yang begitu mencintai ilmu. Kecemerlangan otaknya, kesahajaan pribadinya, keteguhan prinsipnya, kecintaannya pada bangsa, bahkan hingga cinta sejatinya pada sang istri tercinta terus menjadi potret kehidupan yang layak dijadikan panutan. 

Eyang Habibie, begitulah kami kenalkan juga kehidupan dan prestasinya kepada anak-anak, generasi bangsa ini . Ia, anak bangsa yang tak pernah berniat menjual dirinya untuk bangsa lain. Perjalanan pendidikannya yang memaksanya harus menjejak di luar negeri, tetap memastikan jiwanya adalah milik bangsa Indonesia. Ketika panggilan negara menghampiri, tanpa keraguan sedikitpun seorang BJ Habibie sanggup meninggalkan kenyamanan yang selama ini dia terima untuk berbakti pada bangsa. Membangun industri pesawat terbang terbaik di dalam negeri hanya untuk satu tujuan, mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mampu dan bisa menunjukkan kontribusi untuk dunia serta tidak dipandang sebelah mata, khususnya untuk dunia aeronautika. Wujud sebuah pribadi yang sangat mencintai tanah airnya. 

Perjalanan membangun dan memimpin ribuan generasi berkualitas bangsa bersama IPTN ( industri Pesawat Terbang Nusantara ) – yang selanjutnya berubah menjadi Dirgantara Indonesia - , industri pesawat terbang pertama dan satu-satunya di Indonesia, bahkan Asia tenggara, Habibie berhasil membuktikan pada dunia bahwa putra-putri terbaik bangsa Indonesia layak mendapatkan apresiasi dunia. Mimpinya membuat pesawat terbang Indonesia pun terwujud dengan hadirnya pesawat Gatotkaca dengan nama sandi CN 250 , sebagai pesawat komersial pertama yang 100% dibuat Habibie bersama putra-putri terbaik negeri ini. Pesawat tercanggih di kelasnya saat itu sukses diluncurkan pada 10 Agustus 1995 dan menjadi kado terindah di ulang tahun emas Republik Indonesia. Hingga kemudian tanggal peluncuran tersebut pun diabadikan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Habibie telah mewariskan sesuatu kepada generasi penerusnya sebuah ilmu, dedikasi, motivasi, kerja keras, keyakinan, keberanian dan determinasi. 

Pelajaran yang tak kalah penting dari seorang Habibie adalah semangatnya yang tak pernah mati, walau pada satu waktu ia “dipaksa” tak lagi bisa melanjutkan program kerjanya sesuai mimpi-mimpinya. Semangatnya tetap terus berkobar, pantang menyerah. Begitulah sosoknya, yang sejak kecil dikisahkan sebagai pribadi yang pantang berhenti, selalu memiliki obsesi jauh menapak di masa depan dan tidak pernah mau menyerah dengan keterbatasan. Hatinya pun begitu lapang. Obsesinya hanya bagaimana ia bisa memberikan manfaat untuk bangsanya dengan apa yang dia miliki. 

Kelak, ketika ia harus berbakti kepada bangsa dengan cara yang selama ini sejatinya bukanlah dunianya, sebagai Presiden RI ke 3, ia tetaplah Habibie yang memiliki jiwa lurus dan bersih tanpa memiliki ambisi apapaun yang terkait dengan pernak pernik dalam politik, bahkan untuk pribadinya. Dia telah benar-benar selesai dengan urusan dirinya sendiri. Karena itulah, ia benar-benar bisa mencurahkan dengan penuh karakter-karakter terbaiknya sebagai pemimpin yang sejatinya jarang ditemui pada setiap orang. Ia hadir sebagai sosok yang mampu memandang setiap permasalahan dengan mata hatinya, membaca dengan cerna dan detail, mampu mendengar dengan seksama serta disempurnakan dengan ketulusannya dalam memberi yang tidak diragukan lagi. Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana ia bisa menjadi solusi untuk masalah bangsa dan bagaimana ia bisa mengangkat keterpurukan bangsanya yang sedang rapuh. Dalam masa pemerintahannya yang hanya 1 tahun 5 bulan, Habibie sanggup mengangkat bangsa dari krisis ekonomi dengan prestasi yang belum pernah dicapai pemimpin bangsa sebelum dan sesudahnya. Walaupun kemudian akhirnya, prestasi yang termasuk ia pertanggungjawabkan sebagai seorang pemimpin saat itu, ternyata tidaklah disambut dengan sukacita oleh mereka yang ada di gedung parlemen negeri ini. Namun, Habibie tetap dengan begitu lapang dada menerimanya. Wajahnya tetap begitu sahaja dengan senyum yang selalu ditampakkan, tanpa murka, tanpa gelisah. 

Habibie, telah berhasil menunjukkan kualitas jiwa dan hatinya. Kepasrahan yang terus hadir mengiringi perjalanan hidupnya, seolah menegaskan sisi religiusnya yang juga semakin terbentuk dengan indah. Ia pun lebih memilih untuk rehat dari dunia yang memang sejatinya tak pernah menarik untuknya, kecuali hanya satu sebab ia rela memasukinya; bangsa membutuhkan dan memintanya. 

Ia pun kembali pada jejak hidup sesungguhnya. Memilih tetap menjadi guru bangsa teladan abadi seluruh anak negeri, walau mereka pernah mencacinya. Ia memilih untuk kembali menjaga mimpi-mimpinya bersama belahan jiwa tercinta. Belahan jiwa Habibie yang dengannya kemudian kisahnya terpatri sebagai satu sisi kehidupan Habibie terindah lainnya. Ia bukan hanya bapak tekhnologi, bukan hanya ilmuwan yang setia pada ilmunya. Ia adalah seorang laki-laki yang menyertakan dirinya sebagai bagian utuh sang istri, Ainun. Tak pernah luntur cintanya, tak pernah sedikitpun meredup, tak pernah berniat mengganti dan tergantikan. Ia yang selalu ingin dimanja dan kadang berpolah kekanakan saat berhadapan dengan sang istri, karena begitu ingin selalu lekat, dekat dan amat ingin diperhatikan olehnya. 

Maka kepiluan yang sesungguhnya hadir ketika hanya mautlah yang datang dan menjadi satu-satunya yang sanggup membuat ia harus merelakan fisiknya berpisah dengan Ainun untuk selama-lamanya. Kepiluan yang sempat merapuhkan hati, jiwa bahkan fisiknya. Kehilangan yang sempat membuat hari-harinya begitu goncang. Wajar saja. Karena untuk habibie, Ainun adalah cintanya yang terakhir dan yang tak pernah berakhir. Hubungan mereka selalu dalam gelombang dan frekuensi yang sama. Ainun adalah oase yang selalu memberikan kehangatan dan kesejukan untuk hatinya. Habibie sangat menyadari bahwa salah satu kekuatannya selama ini adalah semangat dan motivasi yang selalu disampaikan Ainun dengan penuh cinta dan kelembutan. 

Habibie tidak pernah berpikir sekalipun bahwa Ainun yang akan mendahului meninggalkannya. Kekosongan jiwa pun menghampiri ketika kepergian Ainun menjadi kenyataan yang harus ia hadapi. Dunia pun seolah takjub pada ikatan cinta mereka yang Allah anugerahkan saling mengikat begitu kuat. Maka kemudian, Habibie pun memilih untuk memulihkan jiwanya dengan menuliskan bait-bait keharmonian mereka selama ini. Memutar kembali episode-episode dalam barisan aksara ini ternyata cukup mampu membuat Habibie perlahan sanggup mengatasi kerinduannya di sisa-sisa usia yang Allah gariskan untuknya. 

Hingga akhirnya, perjumpaan denganNya sekaligus harapan perjumpaan kembali dengan Ainun pun tiba menghampiri. Habibie mungkin akan merasa begitu bahagia karena akan bertemu kembali dengan belahan jiwanya. Namun, seluruh anak negeri seketika terhenyak , berganti merasakan lara dan kehilangan yang mendalam. Berputar kembali torehan sejarah baktinya pada negeri. Melintas kembali betapa kecerlangan otak dan jiwanya yang membawa kemuliaan dan kebaikan bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk agama dan bangsanya. Prestasi indah dari seorang anak manusia, ketika lembaran-lembaran kehidupannya dikenang dengan begitu istimewa oleh yang ditinggalkannya. Lantunan do’a kebaikan untuk sosoknya dari ribuan anak manusia lainnya terbang mengetuk langit. Ya, tak hanya doa dari mereka yang begitu dekat dengannya atau yang dikenal dan mengenalnya. Semua yang merasai kehadirannya walau hanya dalam sesayup-sayup kisah, sepenggal berita atau cerita yang tersampaikan, turut menghantar kepergiannya dengan doa-doa indah mereka. Ada mata-mata yang basah, ada sedu sedan yang mengiringi kepergiannya dan ada banyak harapan penuh cinta untuk guru terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. 

Selamat jalan Eyang Habibie kebanggaan... 

Baktimu pada sang Pencipta engkau wujudkan dengan dedikasi perjuanganmu tak kenal lelah untuk berkarya membangun negeri ini. Semoga mimpi-mimpimu yang masih begitu banyak bergelayut dalam pikiranmu, akan mampu diteruskan oleh generasi penerus bangsa ini. 

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. 

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu... 

--------------------------------------------------------------------------------
Jakarta, 12 September 2019 

Jelang pemakamanmu di Tamah Makam Pahlawan Kalibata siang ini. 

======== 

@Fitry-Ummuza

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir