Dua Hati Bersaudara


Kakak adik dengan karakter dan passion yang juga saling berbeda. Si sulung yang mantap sekali untuk menekuni ilmu syariah, khususnya tafsir hadist, sedang si tengah lanang yang mantap juga untuk mempelajari teknik mesin beserta dunianya. Nah, bisa dibayangkan,ya kalau kita sedang ngobrol. Yang satu bahan obrolannya ke ujung sana, yang satu ke ujung sini. Simpul otak umminya mesti bisa nyambung dengan obrolan keduanya. Walau jujur sih, yang paling membutuhkan usaha itu adalah saat diajak ngobrol si tengah, karena banyak kosakata teknik atau mesin yang nyaris nggak pernah umminya denger bahkan tak pernah berminat mencari tahu tentangnya. Iya, tentang mobil dan segala jenis mesinnya plus hal-hal yang berkaitan dengannya.

Tapi, ya balik lagi, umminya mesti terlihat ikut menguasai obrolannya, walau beberapa kali dengan manis umminya seolah 'menguji' dia, padahal sejatinya umminya sedang "mencari jawaban". Nah, lho, hahaha. Beda dengan abinya yang bisa langsung connect sempurna dengan si tengah jika ngobrol masalah mobil dan mesin ini.
Oiya, ini belum ditambah tema obrolan dari si bungsu, Husna, mengenai passionnya. Karena, dia sendiri lebih memilih asyik menyimak keseruan obrolan dengan senyum manisnya saja. Jika pun dia nimbrung dalam obrolan, Husna lebih sering akan berbagi tentang keseruan teman-temannya atau sesekali saja dia ngobrol tentang cita-citanya sebagai dokter anak, yang terinspirasi dari 'super baiknya' sang dokter anak langganan yang menangani dia saat sakit. Nah, kalau ngobrolin tentang dunia kedokteran dan pernik-perniknya, umminya masih nyambung lah dengan kosakata atau sedikit bahan ilmunya yang sempat dan masih nempel di otak. Hehehe.
Ya, demi membuat mereka nyaman ngobrol dengan abi umminya, kami pun selalu berusaha menguasai bahan obrolan mereka :P

Balik ke si sulung dan si tengah.
Walau karakter berbeda, hati mereka tetap terpaut erat. Saling menyimpan rindu, walau sering tidak terungkapkan secara verbal. Saling melangitkan doa, juga dalam coretan-coretan aksara yang mereka buat masing-masing.
Begitulah..
Terpisah lokal sekolah atau asrama, tetap bisa membuat mereka mencari cara menyampaikan rindu dua bersaudara, apalagi kalau ummi dan abinya tidak bisa menjenguk mereka.
Sebelumnya, sang adik yang akhirnya dengan berani meminta kepada salah satu asatidz di asramanya, agar bisa diizinkan ikut ke asrama sang kakak untuk sekedar bertemu. Sepulangnya dari sana, dikabari kalau sang kakak telah membawakan oleh-oleh untuknya berupa kardus-kardus bekas dan toples plastik untuk bahan sang adik berkreasi mengubahnya menjadi 'sesuatu' , khas potensinya.

" Itu udah bikin Zaheed seneng, lho Mi..."
Lapor sang kakak di jadwal teleponnya beberapa waktu kemarin.
😄😄

Dan, kemarin dapat kabar pula dari musyrifah si sulung, kalau sang kakak pun berkesempatan menitipkan makanan untuk sang adik, saat tidak sengaja bertemu dengan asatidz dari asrama adiknya ketika sedang acara outing asrama. Akhirnya, satu bungkus batagor dari sang kakak pun dinikmati sang adik di kejauhan sana dengan sukacita. Sepertinya, rasa sayang sang kakak yang mengiringi sanggup membuat batagor itu menjadi batagor terlezat yang pernah dicicipi sang adik...😊

" Nanti kalau mas Zaheed pas bisa gantian ke asrama mba Za, gantian bawain apaa gitu buat mba Za, ya.."
Umminya berpesan manis kepada cah bagus saat jadwal telponnya.

" Hmm, adek yang datang aja udah bikin Mba Za seneng, kok mi. Nggak perlu dibawain apa-apa. Lagian, biasanya pesen mba tuh begini ' Mas..hemat ya pakai uang sakunya, nggak usah dipake jajan kalau ga mendesak. Makan dari dapur asrama aja. Cemilan yang ada dihemat juga. Uang saku yang dikirim abi ummi jangan lupa ada yang ditabung. '
Nah, itu kan artinya adek ga perlu beliin Mba Za apa-apa, mi. Biar hemat..." Suara dari ujung telpon terdengar iseng.

Whuahahaha....
Beneran deh, jadi pingin gelitikan dia....😆
Baiklah, suka-suka kalian aja deh bagaimana mengekspresikan persaudarannya, ya... 🤗

Semangat semua, nak...💞💞

Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir