Broken Home , Bukan Sekedar Keluarga Yang Retak

Sering kita mengidentifikasikan bahwa keluarga yang baik dan benar adalah keluarga dengan anak-anak yang masih memiliki orangtua lengkap, yaitu ayah dan ibu yang memenuhi hak-hak mereka, terutama hak kasih sayang, perhatian, juga materi yang lebih dari cukup. Memiliki rumah yang nyaman, mendapat pendidikan di sekolah yang terbaik, mendapat fasilitas yang memang dibutuhkan anak-anak untuk bermain, belajar ataupun lainnya. Serta semua hal yang berhubungan dengan materi semata sebagai bentuk kasih sayang dan perhatian mereka.

Namun, ada satu hal yang sering terlupa oleh para orangtua, yaitu menunaikan hak iman anak-anak dengan baik dan sempurna. Hak iman yang sebenarnya paling dibutuhkan sebagai hak mendasar mereka sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan tugas utama mengabdi kepada-Nya sepanjang kehidupan mereka di dunia.

Hak untuk menerima pondasi keimanan yang kukuh dari orangtua inilah yang ternyata sering terabaikan, terlupakan atau terpaksa dikalahkan dengan keinginan orangtua yang ingin terlebih dulu memberikan hak berupa materi kepada anak. Materi memang salah satu hak yang dibutuhkan anak, namun dalam pemberiannya, pemenuhan hak ini sedianya pula diiringi dengan pemenuhan hak pengetahuan tentang iman yang akan membalut setiap gerak langkah anak-anak kelak dalam menggunakan materi itu sendiri nantinya.

Pemenuhan hak keimanan, adalah pemenuhan hak mendasar mereka untuk bisa memahami bahwa setiap apa yang akan mereka lakukan selalu harus dipertanggungjawabkan kepada Sang Maha Pencipta. Maka, sejak anak masih kecil bahkan mungkin sejak di dalam kandungan, ia haruslah dikuatkan tentang sebuah pemahaman Tauhid. Tentang siapa yang mencipta, dan apa yang harus selalu dilakukannya sebagai bentuk ketaatan, serta bagaimana ia harus menjaga ketaatan itu selama hidupnya. Sebuah pemahaman dengan poin-poin yang harus dikenalkan dan dibiasakan secara bertahap, dicontohkan dan dilakukan dengan terus menerus ini, kelak akan membentuk cara berpikir mereka, cara hidup yang dipenuhi tatanan adab dan akhlak mulia, juga sebuah pemahaman yang kelak akan mengokohkan dirinya sebagai manusia terbaik di hadapan-Nya. Karena itulah, keluarga sebagai ruang awal anak-anak berinteraksi dengan kehidupannya, harus pula disiapkan untuk bisa memenuhi hak iman tersebut kepada anak-anak. Seperti halnya hak mendapatkan kasih sayang dari orangtua, begitu pula hak pemenuhan iman ini harus ia dapatkan.

Lalu, bilakah keluarga yang dimilikinya tidak sempurna? Bagaimana jika ia harus menerima kondisi ber-ibu tanpa ber-ayah, atau sebaliknya ? Apakah ia hanya berhak dengan pemenuhan keimanan yang juga tidak sempurna ? Tentu saja tidak. Orangtua, bagaimanapun ia menjaga buah hatinya secara bersama-sama atau harus terpisah dengan berbagai alasan, pondasi-pondasi keimanan tetap harus sempurna dikukuhkan dalam rongga hati anak-anak.Tidak memungkiri bahwa tugas sebagai orangtua tunggal, akan menjadi lebih berat. Namun, hak keimanan ini tetap menjadi prioritas yang harus dipenuhi, apapun kondisinya. Malah, dengan tertunaikan pemenuhan hak dasar-dasar keimanan itu dengan baik, kelak si anak akan sanggup mencermati dengan seksama akan apa yang sebenarnya dialami dan sanggup menjalani hari-harinya dengan tetap terjaga,memandang dan menyikapinya dengan landasan iman. Dia tidak akan mengambil jalan protes atas kondisi hidup yang dialami dengan salah atau keliru, hingga bisa saja kemudian akan merusak kehidupan dirinya sendiri.

Jadi teringat sebuah kalimat dari seorang Ustadz Bahtiar Natsir berikut : 

“ Broken home bukanlah keluarga yang bercerai, tapi broken home yang sesungguhnya adalah keluarga yang gagal menanamkan nilai-nilai tauhid didalam rumahnya..” 

Maka, betapa pentingnya menunaikan pemenuhan hak keimanan atau nilai-nilai Tauhid dalam keluarga sebagai pondasi terbaik yang akan membawa keluarga pada sebuah episode perjalanan saling memberi, menyayangi atas dasar pengabdian mereka kepada Allah, Sang Maha Pencipta yang telah memberikan mereka ruang bersama dalam kehidupan di dunia, dengan satu tujuan yang sama-sama akan membuat semua anggota keluarga berusaha mewujudkannya, yaitu berkumpul di Surga, sebagai tempat abadi kehidupan kelak. Pondasi keimanan yang sebenarnya juga bisa mencegah setiap keluarga untuk ‘broken home’ dalam pengertian yang selama ini kita pahami.



@fitry_ummuza


Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir