Buku Kehidupan Orangtua

Menjadi orangtua artinya siap menjadi pena yang akan menuliskan bait-bait kehidupan pada selembar kertas putih, bernama anak. Pena haruslah disiapkan dengan berkualitas, agar torehan kalimatnya bisa tertulis dengan jelas dan indah. Isi pena pun tak mesti harus selalu berlimpah atau disiapkan dengan harga yang mahal, namun jelas ia harus istimewa. Begitulah analogi pena sebagai kesiapan ilmu dan juga metode terbaik yang harus kita sediakan untuk menulis cerita kehidupan pada diri anak-anak, sebagai generasi masa depan kita.

Maka, seperti halnya sebuah buku yang tetap akan terbaca sepanjang masa walau sang penulis sudah tidak ada, begitulah juga anak yang akan nampak dimata dunia atau lingkungannya. Pada wajah, polah atau tingkahnya, orang bisa dapat membaca bagaimana kita sebagai orangtua melukiskan warna hati pada mereka. Ya, buku kehidupan. Pada anak-anak itulah kita akan membuatnya. Menorehkan kalimat-kalimat di atas lembaran putih mereka. Mengisi ruangan-ruangan yang semula kosong dengan ragam huruf dan kata. Merunut cerita, dengan ragam warna tinta. Tinta penuh cinta, kasih sayang, perhatian, ilmu bermanfaat, ataukah tinta penuh amarah dan ragam kelalaian.

Kita lah yang akan membuat halaman buku kehidupan itu menjadi begitu indah. Pilihannya adalah membuat tulisan yang rapi, memilih kalimat penuh inspirasi dan menghadirkan motivasi, kemudian menjadikannya begitu menarik untuk dibaca serta memberi manfaat untuk semua orang. Ataukah kita akan membuat halaman-halaman buku itu dengan tulisan sekadarnya. Kalimat yang tak runut dan tak enak dicerna, bahkan halamannya pun begitu kusam dan membuatnya sungguh tak layak untuk dilihat apatah lagi dinikmati isi bacaannya. Semuanya akan kembali kepada kita, orangtua yang menggenggam sang pena.

Anak, adalah buku kehidupan yang sejatinya harus sudah dirancang sejak awal seperti apa konsepnya. Seperti halnya menulis buku, sang penulis harus bisa merumuskan tema, isi cerita, ending ataupun latar yang dikehendaki untuk calon bukunya. Begitupun dengan anak. Orangtua sebagai penoreh awal kalimat-kalimat kehidupan pada diri sang anak, harus sudah mulai mengonsepsikan dengan detail, kelak seperti apakah anak yang akan kita bentuk dan arahkan.

Ketika menginginkan anak-anak yang santun dan cerdas, maka tinta pena yang kita siapkan untuk menorehkan aksara kepribadiannya pun tentulah harus sejalan dengan hal itu. Pun harapan-harapan lainnya sebagai orangtua terhadap anak-anaknya nanti.  Bukan sekedar merencanakan di angan-angan tanpa berusaha menyiapkan perangkatnya. Karena, konsep dan persiapan perangkat itulah yang akan menentukan seperti apa  tampilan buku kehidupan yang akan hadir menjadi penyerta kehidupan alam semesta ini. Buku kehidupan yang padanya akan selalu terbaca nilai-nilai memesona, memberikan warna indah dan berharap selalu membawa kebaikan untuk sekitarnya. Buku kehidupan yang akan kita wariskan kepada generasi–generasi selanjutnya, dan kelak mengalirkan pahala jariah untuk pemberat timbangan amal kita di hari pertanggungjawaban kepadaNya.


@fitry_ummuza





Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir