Sahabat Yang Saling Mendidik

Akhir tahun, para orangtua di Indonesia sudah disibukkan dengan agenda memilih sekolah - sekolah terbaik ( biasanya yang dituju adalah sekolah berbasis boarding atau asrama / pesantren modern ) untuk putra-putri mereka. Ya, di bulan Oktober - Desember beberapa sekolah tipe ini memang sudah mulai membuka pendaftaran siswa baru, lengkap dengan segala pernak perniknya. Dengan ragam alasan, para orangtua berkeinginan memasukkan putra putri mereka ke sekolah yang menurut mereka dapat memberikan input terbaik untuk masa depan anak mereka. Mulai dari alasan agama, kelengkapan fasilitas penunjang, kematangan program-program pendidikan yang dijalankan, juga kenyamanan atas dasar kesamaan visi dan misi antar orangtua dan sekolah.

Biasanya, panduan orangtua dalam menentukan pilihan adalah berdasarkan pengalaman kerabat atau teman yang anaknya sudah bersekolah disana, atau informasi capaian ragam prestasi siswanya dan sudah ramai dipublikasikan. Bahkan ada juga yang sekedar berbekal brosur dengan aneka desain atau cover menarik berisi kilasan-kilasan tentang istimewanya sekolah tersebut. Eh, ternyata ada juga lho, yang cukup menjadikan biaya masuknya sebagai standar nilai sekolah itu disebut berkualitas.

Apapun cara yang ingin digunakan untuk menentukan pilihan tersebut, tentu akan sangat bijak juga ketika kita sendiri memantapkan hati dengan pilihan tersebut setelah melewati tahapan -tahapan pemilihan yang sudah kita teliti dengan baik. Bisa dengan berkunjung langsung ke sekolah yang dimaksud, melihat proses pembelajaran di sana serta meminta informasi langsung kepada pihak sekolah terkait hal-hal yang ingin kita ketahui. Hal ini bertujuan, agar kita para orangtua juga anak -anak yang akan bersekolah, tidak akan merasakan ketidakpuasan yang fatal, atau bahkan muncul perasaan bahwa karena kita sudah membayar sekolah sehingga berhak melakukan intervensi kepada sekolah secara berlebihan. Hal semacam ini pastinya akan menjadi salah satu penghambat proses pendidikan menyeluruh si anak selama bersekolah, juga proses kita membersamai anak anak melewati hari - harinya selama bersekolah disana.

Contohnya saja, misal dalam sebuah sekolah muslim berasrama, diterapkan aturan bahwa anak anak putri tidak diperkenankan menggunakan celana pendek dalam kesehariannya, sekalipun itu saat si anak sedang berada di kamarnya . Sedangkan kebiasaan dalam keluarganya selama ini tidak pernah menganggap hal tersebut terlarang. Tentu aturan ini harus juga difahami jauh dan dikondiskan kepada sang anak sebelum kita memasukkannya ke sekolah tersebut. Jika tidak, biasanya nanti akan terjadi semacam pemberontakan dalam diri sang anak saat harus menjalani aturan tersebut di asrama yang ternyata didukung pula oleh orangtua yang ternyata enggan juga mengikuti aturan tersebut.

Hal seperti diatas akan berakibat terjadinya proses inkonsistensi dalam diri sang anak, dimana selama di asrama dia akan menjalani aturan tersebut dengan setengah hati, karena merasa bahwa di keluarganya tidak pernah dilarang bahkan terkesan membiarkan, bahkan orangtua tidak memberi dukungan agar si anak mau menerapkan aturan tersebut selama di asrama, juga saat kembali ke lingkungan rumahnya. Pastilah hal ini akan berdampak pada pembentukan nilai yang tidak sempurna dalam sebuah proses pendidikan yang ingin diterapkan oleh sekolah yang pada akhirnya akan menimbulkan suasana tidak kondusif dalam hubungan kerjasama antara orangtua dan sekolah.

Ya, sejatinya hubungan orangtua dan sekolah adalah sebuah hubungan kerjasama, dimana orangtua menjadikan sekolah sebagai 'partner' utama dalam proses membersamai pendidikan formal sang anak. Maka, harus ada sebuah komitmen bahwa orangtua juga mau dan siap sepenuh hati mensukseskan setiap program, atau aturan-aturan yang akan diterapkan di sekolah yang pastinya juga harus sudah diketahui oleh orangtua sebelum menyerahkan anak -anak mereka kepada lingkungan sekolah. Ketika di tengah proses berjalan orangtua dan anak anak melakukan pembangkangan terhadap aturan - aturan sekolah yang sudah diterapkan dan sudah disosialisasikan sebelum anak memasuki lingkungan sekolah, bisa dibayangkan bagaimana hubungan yang terbentuk antara sekolah, anak dan orangtua yang mau tidak mau akan berpengaruh khususnya kepada psikologis anak. Rasa tidak nyaman dalam keseharian mengikuti semua proses transformasi pendidikan dan nilai-nilai tidak hanya akan dirasakan oleh si anak atau orangtua, namun juga akan dirasakan oleh pihak pembimbing di sekolah . Karena itulah, seringkali kita mendengar kasus-kasus yang tidak enak terjadi di lingkungan sekolah disebabkan ketidaksamaan menerapkan komitmen ini.

Oleh sebab itu, sebelum orangtua dan anak memastikan pilihannya kepada salah satu sekolah, hendaknya meyakini betul komitmen aturan seperti apa sajakah yang akan dan harus kita sepakati tanpa alasan setelah ada disana. Jangan sampai nanti di tengah berjalannya proses, terjadilah kasak kusuk yang kemudian akan menyebabkan disharmonisasi antara anak, orangtua dan sekolah.

Biaya yang dibayarkan orangtua ketika memasukkan anaknya ke sebuah sekolah, bukan sekedar biaya administrasi atau fasilitas semata. Namun juga, harga nilai - nilai kehidupan, moral dan pendidikan yang akan diberikan oleh sekolah bersama pengabdian para guru pengajar dan tim pengelola sekolah tersebut yang sebenarnya bisa jadi jauh lebih mahal dari apa yang sudah dibayarkan. Maka, jangan pernah melihat sekolah dari mahal atau murahnya biaya masuk yang ditawarkan, tapi juga bagaimana kita akan berkomitmen dan konsisten untuk mau mengikuti dan mendukung setiap proses pembelajaran dan pendidikan anak–anak yang sudah diterapkan sebagai aturan.

Karena itulah, menyeleksi sebuah sekolah untuk sahabat orangtua dalam mendidik anak-anaknya, harus dilakukan dengan sedetail mungkin, mulai dari konsep, program, fasilitas dan lainnya. Dan ketika sudah merasa sangat cocok, akan terjadilah sebuah kesepakatan yang dianalogikan sebagai akad yang sudah terucap. Walaupun begitu, dalam perjalanan kerjasama orangtua dan sekolah ini, proses saling mengingatkan atau saling memberi masukan dari orangtua kepada pihak sekolah tetap menjadi sebuah kemestian yang harus diterapkan pula secara proporsional dan tepat.

@fitry_ummuza



Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir