Mengolah Rasa Saat Mendidik Mereka

Beberapa kali sering terhenyak saat mendapati ‘ perang pendapat ‘ teori ilmu parenting,perang  komunitas parenting, perang memilih sekolah formal atau homeschooling, sekolah alam atau SDIT, sekolah A atau sekolah B dan lainnya. Atau saling menjudge bahwa model pengasuhan A salah, B yang benar dan lain sebagainya.

Padahal sesungguhnya, tidak akan berguna ilmu parenting yang melimpah, ketika hati kita, orangtua dari anak-anak tidak bersandar pada kekuatan Allah. Lisan enggan melangitkan do'a, saat ujub mengisi rongga dada, kemudian seolah berkata, " akulah orangtua hebat, mencipta anak-anak seindah pengisi surga..."

Ya, Sekuat apapun ikhtiar kita, sebaik apapun rencana kita untuk anak-anak , ada Dia, Allah Sang Penentu dan Pengabul semua harap dengan segala prasyarat terkabulkannya. Jika do'a tidak kita lantunkan sepenuh rasa, jika do'a menghambur bersama angkuh dan jumawa, atau ketika doa bersisian dengan lisan yang tajam tak berperangai manusia penuh adab, sanggupkah ilmu kita menantang titah- Nya ?

Kita sebagai orangtua wajib mengusahakan apapun yang terbaik untuk anak-anak, sebagai titipan dari-Nya yang harus dijaga dengan sekuat tenaga. Namun, seringkali kita terlupa, bahwa setiap ikhtiar ada penyempurna yang menentukan tercapai atau tidaknya semua proses yang kita lakukan untuk berbuah seperti yang kita harapkan. Dialah Allah, Sang Maha Penentu setiap taqdir anak manusia.

Maka, tak jarang akan kita temukan, para orangtua disana yang walaupun dengan keterbatasan ilmu, namun selalu tunduk dalam ikhtiar terbaik, melimpah dengan bait-bait doa yang terangkai penuh khusyu dan tawadhu, berserah penuh harap, pada akhirnya berhasil menghadiahkan generasi-generasi indah yang tak perlu dipajang kepada dunia, namun amalnya terus membaui semesta raya dengan sangat mempesona.

Karena sebenarnya, pastilah tidak ada orangtua yang ingin anak-anaknya menjadi generasi yang salah, generasi yang tidak berhasil dan tidak mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Tidak akan ada. Semua akan selalu mencoba berikhtiar sesuai kemampuannya . Karena itulah, kekuatan sesungguhnya terletak pada bagaimana tawakkal dan doa kita yang mengiringi penerapan teori-teori ilmu parenting atau pengasuhan anak tersebut. Sehebat apapun teori-teori tersebut kita terapkan, ketika Allah tidak pernah menghendaki keberhasilannya terwujud, maka tidak akan ada seorang pakar parenting pun yang sanggup menanganinya.

Sekali lagi, tugas manusia hanyalah berusaha, menemukan cara sebaik-baiknya untuk mengasuh generasi. Namun, bukan berati kemudian berhak membusungkan dada atau merasa teori-teori yang dipakainya adalah yang mutlak benar , sedangkan yang lainnya salah. Keangkuhan dan kesombongan ,pada hakikatnya malah akan menjadi penghalang keridhoan Allah untuk menyempurnakan ikhtiar dengan keberhasilan sebagai hasil akhirnya.

Maka, tak perlu ada lagi saling ‘nyinyir sesama orangtua, atau mengomentari dengan pedas akan proses-proses yang sebenarnya dalam satu tujuan, namun berbeda warna tentang pengasuhan. Setiap keluarga memiliki karakter yang berbeda ,lengkap dengan segala pernak-perniknya yang juga tidak pernah sama dengan keluarga lainnya. Pada akhirnya,yang akan membedakan semua adalah sejauh mana setiap orangtua sanggup menjaga beningnya hati agar tak mudah memberikan label 'negatif’ kepada keluarga lain yang berbeda cara atau penyikapan setiap pola dan pengasuhan kepada anak-anak mereka. Sediakanlah selalu ruang untuk melapangkan hati , kemudian mengembalikan semuanya pada sebaik-baik penentu akhir dari semua ikhtiar yang sudah kita lakukan, dengan memperkuat harap dan do’a kepada-Nya, tanpa merasa sudah memiliki ilmu yang luar biasa.



@fitry_ummuza


Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir