Teknologi, Tantangan Moral Generasi

Masih teringat kejadian beberapa waktu lalu, saat saya melakukan kunjungan rutin ke sebuah rumah sakit. Selepas sholat dzuhur di musholla, saya pun berbalik hendak menuju sudut mushola di belakang dengan maksud menyandarkan punggung, rehat sejenak. Tiba-tiba pandangan saya jatuh pada layar gadget yang sedang dipegang sosok kecil dibalik jendela yang duduk membelakangi ruang mushola tempat saya berada . Tetiba, saya mual.. !

Kaget, saya pun beristighfar. Kemudian refleks saya ketuk-ketuk jendela dan disambut respon sang anak yang tak kalah kaget , serta merta langsung beranjak cepat keluar meninggalkan teras mushola. Saya terdiam sesaat, merasakan kaki yang seolah kehilangan tenaga untuk berpijak. Sekilas, pandangan saya kembali menangkap dikejauhan sosok anak kecil tadi sudah berjalan beriringan dengan orangtuanya menuju mobil milik mereka di parkiran.

Sungguh, mual di perut rasanya tak kunjung juga hilang. Karena tadi, saya melihat anak laki-laki yang saya perkirakan berusia 10 atau 10 tahun itu sedang asyik menikmati layar gadget nya yang menampilkan gambar-gambar alat kelamin. Astaghfirullahal'adziim !
Terbayang sosok kecil tadi dengan penampilan yang begitu rapi, elegant, santun dan nampak dari keluarga terdidik. Ah, sebenarnya sudah sangat sering saya mendapat cerita tentang anak-anak usia dini yang sudah berkenalan dengan hal-hal seperti itu bersama gadget mereka. Namun, ketika menemui realitanya langsung dihadapan seperti tadi, tetap saja saya pun kaget luar biasa, hampir tidak percaya.

Rasa marah dan kasihan kepadanya bercampur menjadi satu, mengaduk-aduk perasaan. Teringat dengan tiga anak saya di rumah, juga generasi-generasi masa depan lainnya di luar sana. Zaman dimana mereka terlahir saat ini memang zaman digital yang begitu mempesona. Hampir semua usia sudah tidak asing bahkan tidak bisa terpisahkan dari sebuah benda yang bernama 'gadget'. Benda yang bisa disebut sebagai pedang bermata dua. Saat ia digunakan dengan bijak dan penuh tanggungjawab moral, ia akan menjadi alat yang menambah kualitas kehidupan kita secara positif. Namun, ketika ia digunakan tanpa tanggungjawab moral atau sekenanya, maka bisa dipastikan ia akan menjadi sumber masalah kehidupan yang mengantarkan diri pada kerusakan.

Maka kunci sesungguhnya akan fungsi sebuah gadget atau alat teknologi sejenis lainnya adalah pada kemampuan diri kita dalam mengontrol penggunaannya. Dan ini sangat ditentukan pula oleh loyalitas kedekatan kita pada nilai-nilai agama dan moral atau biasa disebut dengan keImanan. Jika orang dewasa saja yang sudah memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai yang baik atau buruk masih mudah tergelincir menjadikan 'gadget' sebagai pedang yang menikam dirinya, apatah lagi anak-anak yang masih bertahap dalam membentuk filter untuk dirinya kemudian dibebaskan menggunakan benda tersebut tanpa pengawasan.

Anak-anak adalah generasi masa depan yang masih sangat membutuhkan penjagaan dan pengawasan untuk setiap tindakan atau prilaku mereka. Andai kita belum mampu secara penuh mengawasi penggunaan gadget pada mereka atau mengedukasi iman mereka dengan sempurna, jangan pernah memberikan gadget atau juga mengizinkan penggunakan media teknologi digital dengan bebas kepada mereka tanpa kita merasa khawatir sedikitpun. Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat cepat ,bahkan terkesan liar tak terkendali. Maka tugas utama kita sebagai orangtua adalah memperhatikan dengan cermat akan apapun yang anak-anak kita gunakan. Tapi, bukan berarti kita memberikan larangan tanpa penjelasan, lalu seolah mengekang mereka yang malah bisa menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks.

Disinilah proses edukasi yang memperhatikan tahapan-tahapan pendidikan anak sesuai usianya menjadi pengetahuan yang sangat diperlukan oleh orangtua untuk menghadapi perkembangan zaman teknologi saat ini. Karena zaman mereka hari ini memang sungguh berbeda dengan zaman kita , orangtuanya. Mari terus melakukan perbaikan untuk generasi. Membekali mereka dengan keimanan yang kukuh, mendampingi hari-hari mereka dengan hangat , dekat dan penuh perhatian serta senantiasa melakukan pengawasan yang tetap bersahabat, menjadi cara terbaik yang bisa kita lakukan sebagai bentuk ikhtiar menjaga anak-anak kita.

Karena sejatinya, setiap kita akan memberikan pertanggungjawaban kepada-Nya, untuk anak-anak yang dititipkan sebagai amanah kepada kita, orangtuanya. Maka, sebuah kesadaran dan kesungguhan mutlak diperlukan dalam memperhatikan setiap bentuk atau pola pengasuhan dan pendidikan kepada anak-anak kita untuk menghadapi tantangan kehidupan teknologi di masa mendatang yang pastinya memerlukan kekuatan iman yang harus kuat dan bukan sekedarnya untuk bisa mengendalikan dan menjadikannya penuh manfaat.

@fitry_ummuza


Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir