Mendengar Itu Indah

Allah menciptakan satu mulut dan dua telinga tersebab sebuah hikmah didalamnya. Ya, agar kita tidak mudah melepaskan kata dari lisan, namun menjadi banyak mendengar serta mencerna lebih jauh setiap perkataan yang diterima , untuk kemudian bisa diolah dengan tepat dan bijaksana.

Namun pada kenyataannya, mendengarkan seringkali menjadi aktifitas yang amat membosankan dan menyebalkan untuk sebagian orang. Karena memang,pada umumnya kita lebih senang didengarkan daripada mendengarkan, bukan ? Karena itulah, ternyata kita pun membutuhkan pendengar-pendengar yang baik, pendengar yang shabar yang mau dengan seksama memberi perhatian atas apa yang kita sampaikan,bahkan bisa memakan waktu yang lama.

Ternyata, aktifitas mendengarkan ini memang membutuhkan latihan yang konsisten. Tekad yang luar biasa , niat yang juga luar biasa. Tidak semua orang sanggup menjadi pendengar yang baik, apalagi kalau harus mendengarkan hal-hal yang membutuhkan penyelesaian, seperti para psikolog misalnya. Duh, terbayang kan ya, bagaimana mereka harus menyediakan waktu khusus hanya untuk mendengarkan, lalu berkonsentrasi pula untuk memberikan solusi atas sebuah masalah yang disampaikan kepada mereka.

Aktifitas mendengar yang seringkali kita rasakan sebagai hal yang membosankan dan amat sangat menjengkelkan, sebenarnya bisa menjadi sebuah refleksi dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak hikmah yang sebenarnya bisa kita ambil dan pada akhirnya seringkali akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih bersyukur. Mendengarkan ragam masalah dari mereka yang ternyata sangat membutuhkan tempat bercerita, mengalirkan sedikit gundah dari prahara yang menimpa. Dari kisah rumah tangga yang begitu mencabik rasa, padahal jelang usia mereka sudah memasuki usia senja. Juga dari kisah para pasangan muda yang belum genap setengah masa, harus tersandung batu masalah tak diduga. Atau dari para orangtua yang tak sanggup mengurai rasa saat para buah hati bertingkah tak sesuai titahNya. Pun dari mereka , jiwa-jiwa muda yang masih terus meraba arah , terkungkung dengan rasa yang tak mudah dilabuhkan, atau kisah mereka yang akhirnya harus tersungkur dalam sebuah jurang kehidupan yang begitu kelam.

Pada akhirnya, menjadi tempat untuk mendengarkan sejatinya juga memerlukan keshabaran yang begitu dalam, serta hati yang begitu lapang. Menjadi tempat para pencari solusi sejatinya tak sekedar memerlukan taktik pemecahannya, tapi juga memerlukan ilmu "hati ". Hati yang lapang untuk bisa sepenuh rasa mendengarkan apa yang sedang disampaikan, juga menautkan warna jiwa agar simpul simpati atau empati sanggup menumbuhkan kepekaan yang bisa menyibak atau mengurai masalah , sehingga bisa memberikan bantuan untuk penyelesaiannya dengan bijak dan benar. Hati yang jernih, agar tak salah memberikan petikan langkah untuk menentukan proses selanjutnya
Suatu hal yang pasti, bahwa Allah juga menjadikan mereka sebagai pintu-pintu kebaikan, pintu -pintu hikmah untuk kita. Allah hadirkan mereka kepada kita untuk lisan ini senantiasa bersyukur. Ya, bersyukur atas semua cinta-Nya kepada kita hingga detik ini. Karena Allah tak pernah menjadikan sesuatu tanpa hikmah yang selalu menyertainya.

Sungguh, mendengarkan itu akan berbuah hikmah untuk kita.

@fitry_ummuza
#Day10
#30DWCjilid10
#30DWC
#Squad1


Komentar

Postingan populer dari blog ini

" Zah..Zah...Ustadzah.."

Ikatlah Semua Asa Di Langit-Nya

Saat Ikhtiar dan Doa Tak Sesuai Taqdir